Sebelumya saya mohon maaf kalau jeda di postingan ini agak lama, soalnya di hari ketiga perjalanan saya ini ada dokumentasi dalam format video. Jadinya ya saya harus belajar pakai video editor dulu, hehehe. Dan ohya, sebelum saya lanjut, kalau--kalau nih--ada yang bertanya-tanya kok foto-foto dan video dokumentasi saya selama trip ke Derawan dan sekitarnya ini biasa banget, saya mohon maklumnya ya. Namanya juga amatir, blogger amatir, fotografer tukang foto amatir, kameramen amatir, traveler backpacker juga amatir, jadi ya harap maklum. Kalau mau lihat foto-foto yang kece monggo silahkan saja cari di tetangga sebelah yang lebih hits, tapi kalau mau tahu gimana gambaran perjalanan ala rakyat jelata yang sesungguhnya ya monggo dimari lanjut ngikutin postingan saya ini. Lagian, klo kak prue kan punya ferry rusli yang motoin, lhaa aku siapa yang motoin? Duh, malah tjurhat...
Hari ketiga - Minggu, 14 Agustus 2016
Rencana kejar sunrise gagal. Pagi itu turun hujan. Aturan kalau cerah kami mau stand by nungguin sang matahari terbit di sisi dalam Pulau Maratua. Udah kebayang pasti cakep banget, tapi ya udah, berhubung hujan dan badan masih pegel-pegel juga yowis dilanjut tidurnya. Lumayan dapat tambahan jam tidur, apalagi setelah semalem bukannya langsung istirahat malah kami begadang ngobrol gegalauan gak jelas.
Rencana perjalanan kami hari ketiga ini adalah island-hopping di pulau-pulau sekitaran Maratua-Derawan. Sudah janjian dengan Mas Elka, nanti beliau jemput kami sekiatarn jam 9-an di dermaga yang sama waktu kami turun ke Pulau Maratua. Menikmati saat-saat terakhir di pulau ini, aslinya sih karena sambil nunggu pesenan sarapan yang lama banget, ada baiknya dimanfaatkan untuk foto-foto saja, mumpung laut lagi surut juga, jadi gemes liat pasir putih yang membentang luas itu.
Farewell Maratua Island, thank you for being so kind to us. Also the lesson we learned when in Goa Aji Mangku, for reminding us to be carefull with our own mind.
Sebelum pulang, wefie dulu di depan gerbang pintu masuk Pulau Maratua, bareng Mas Wilson |
Bye Maratua! |
Pulau Kakaban - Danau Kakaban, Laguna Ubur-Ubur
Memang masih agak mendung waktu kami mulai melanjutkan perjalanan, angin laut juga cukup kencang menghempas kapal. Tapi kalau saya amati, motoris kami, Mas Elka ini memang gak bohong jagonya soal mengendalikan kapal speed, ombak tinggi pun tetap diribas. Apesnya saya yang dapat giliran duduk di kursi depan, hmmmmm, mantep banget deh jeduk-jedukannya. Tepos, tepos deh nih pantat. -_-
Pulau pertama yang kami sambangi setelah dari Maratua adalah Pulau Kakaban, pulau terdekat dari Maratua, kira-kira sekitar 30 - 45 menit, tergantung situasi angin dan ombak. Sepanjang pesisir Pulau Kakaban ini didominasi terumbu karang yang tidak begitu dalam, dari atas kapal pun bisa terlihat jelas. Sebetulnya gemes juga pengen nyebur di situ, tapi berhubung bapak leader trip mengagendakan "nanti di derawan juga bisa lihat terumbu karang" dan kelamaan snorkling di danau ubur-ubur sampai lupa waktu terbatasnya waktu yang ada jadi ya cukuplah, saya tahan diri saja untuk gak nyebur lagi.
Gerbang masuk Pulau Kakaban |
Bayar tiker masuk dulu |
Pulau Kakaban ini sebetulnya adalah lahan yang dimiliki oleh pribadi. Cuma mungkin dengan hak guna lantas dikembangkan menjadi tempat wisata sampai seperti sekarang ini. Untuk masuk ke Laguna Kakaban harus bayar tiket masuk dulu. Harganya berapa saya gak tahu, biarkan laki-laki yang bayar. Hahaha.
Untuk menuju laguna-nya, kita harus berjalan dulu mengikuti jalur jembatan kayu yang telah dibuat dengan sedemikan cantiknya. Dari sini bisa saya gambarkan, daratan pulau ini masih didominasi dengan hutan, lalu di bagian tengahnya ada hole atau teluk besar yang membentuk sebuah danau menyambung dengan lautan. Jadi, danau tapi airnya laut, makanya disebut laguna.
Saya kurang tahu kenapa, di laguna ini menjadi habitat ubur-ubur yang jenisnya tidak menyengat. Di Indonesia sendiri ada beberap alokasi yang menjadi habitat stingless jellyfish, selain Kakaban, ada juga di Togean dan Misool - Raja Ampat (semoga bisa segera kesana untuk membuktikan sendiri - amiiin).
Hari itu kami beruntung jadi rombongan yang pertama kali sampai di Kakaban. Danaunya masih sepi dan airnya juga belum diobok-obok sama ulah manusia. Sempat ragu-ragu juga awalnya, beneran gak nyengat gak nih ubur-ubur. Kalau ternyata ubur-uburnya mood-mood-an bawaannya lagi sensi trus kami jadi pelampiasan sengatan kan bisa berabe. Tapi ternyata memang benar adanya, ubur-uburnya beneran aman, ditowel-towel, dipegang-pegang, si ubur-ubur pasrah aja. Mungkin yang gak boleh itu dicubit.
Tips. Kalau teman-teman ada yang berencana berenang di danau ubur-ubur macam Kakaban gini, tolong jangan loncat dari dermaga ya, turun aja ke air pelan-pelan. Soalnya di air kan banyak sekali ubur-uburnya, dan ubur-ubur itu adalah makhluk yang rapuh. Kenapa saya bisa ngasih tips begini? Soalnya waktu kami lagi di Kakaban kemaren itu, ada rombongan yang loncat dari dermaga trus kakinya gak sengaja kena ubur-ubur dan seketika itu juga berakhirlah riwayat Jimmy, si ubur-ubur malang itu.
Towel-towel jellyfish |
*lagi terhipnotis sama ubur-ubur* |
Rasanya berenang bareng ubur-ubur itu menenangkan. Relaxing and healing banget. Coba liat video yang ubur-ubur, deh. Ikut menikmati setiap gerakan ubur-ubur lalu terbawa hanyut dalam ketenangan di dalam air. Eh, tahu-tahu udah sampe jauh banget dari dermaga, katanya saya udah dipanggil-panggil untuk jangan jauh-jauh, tapi saya gak denger. Hehehe saking asiknya. Mungkin kalau bukan karena mulai ada rombongan lain yang berdatangan kami masih betah banget di Kakaban. Tapi yasudah, mari melanjutkan perjalanan lagi.
Ikan Pari Manta!!!!!
Dalam perjalanan kami ke Pulau Sangalaki, Mas Elka tak luput melewati Manta Point, spot yang sering ada ikan pari manta. Mesti sabar dan pasang mata jeli, bisa-bisa salah lihat dikira pari manta ternyata cuma ombak.
Daaannn, kami akhirnya bisa lihat langsung pari manta dooong!
Keren banget!
Pari Manta-nya!
Pulau Sangalaki
Setelah puas lihat pari manta, yang spotnya tidak jauh dari Pulau Sangalaki, kami pun mampir ke pulau itu. Ihh, sumpah ya, pulau-pulau di sini itu punya ciri khas masing-masing dan semuanya ngegemesin. (Pulau kok nggemesin sih, hahaha.) Kalau Pulau Kakaban itu begitu sandar dermaga disambut terumbu karang, maka di Pulau Sangalaki ini kapal speed gak bisa sandar di dermaga, soalnya perairannya di sekitar pulau sangat dangkal, tapi bukannya terumbu karang justru didominasi pasir putih. Itu kereeeeen banget. Jadi kayak kolam renang raksasa trus dasarnya pasir putih. Silahkan lihat seperti apanya di video ini:
Pulau Sangalaki dari kejauhan |
Laut cethek + pasir putih |
Terus, kita mau ngapain, sih di Sangalaki? Mau snorkling, terumbu karang gak ada, ikan juga cuma sebangsa teri-terian. Mau berenang, airnya aja cethek begitu. Lalu?
Pulau Sangalaki itu adalah pulau konservasi penyu. Di sini adalah tempat penyu-penyu bertelur. Walaupun tidak melihat langsung proses penyu bertelur, di sini kami sempat ditunjukkan lokasi yang masih ada jejak lubang tempat penyu menggali sarang untuk telur-telurnya. Selain itu juga kami ditunjukkan tukik-tukik yang baru menetas tadi malam, aaakkkk lucuuukkk!!!
Tukik yang sedang dalam masa karantina di kolam |
Tukik baru lahir tadi shubuh |
*ditiup-tiup soalnya mereka gerah, belum biasa tinggal di pulau* |
Di Sangalaki, kami juga sempat lihat ada penyu yang hampir mati, tempurungnya pecah, dan sebagian sudah mulai membusuk dan bau bangkai. Pokoknya sedih lihatnya. Kalau inget lagi jadi merinding. Kasihan.
Maksudnya mau wefie tapi malah jadi begini, maafkan -_- |
Okeee, sekian dulu, maaf endingnya gantung begini. Oh oh, tunggu, ini belum ending yang sesungguhnya, masih ada lanjutannya, lho. Hehehe...
Btw, harap maklum kalau editan video-nya masih amburadul yaa.. masih belajar.. hehehe. :p
0 comments :
Post a Comment