Friday, September 9, 2016

Trip Nekat Berau: Labuan Cermin - Biduk-Biduk (Day 4-5) Part 2- END

Yeay! Akhirnya sampai juga di season finale trip nekat episode Berau ini. Yuk, lanjut...


Setelah sukses kejar sunrise, kami lanjut menyusurii jalanan di sepanjang pesisir. Kata salah satu Kepala Desa yang satu mobil dengan kami waktu perjalanan ke Biduk-Biduk, di ujung jalan akan ada tempat wisata juga, namanya Teluk Sulaiman. Karena penasaran, akhirnya sampai juga kami di teluk itu. Awalnya heran, apa yang istimewa dari teluk ini. Tempatnya, emmm, biasa saja, lebih seperti pelabuhan nelayan biasa. Hanya saja di Teluk Sulaiman ini ada banyak warung-warung yang menjual makanan. Berhubung perut sudah lapar juga, akhirnya kami pesan indomie di salah satu warung.

Sambil menunggu pesanan jadi, kami dapat informasi, kalau ternyata di Teluk Sulaiman ini adalah start penyebrangan menuju Pulau Kanjungan. Karena penasaran, belakangan saya cari tahu tentang pulau ini yang ternyata adalah spot wisata bawah laut semacam Derawan begitu, hanya saja masih kalah nama. Kalau dilihat dari foto-foto hasil googling dan di instagram, sih keliatannya memang bagus. Ada testimoni juga kalau di pulau ini lebih banyak terumbu karangnya. Hmmm, yah semoga ada kesempatan untuk membuktikan sendiri. Tapi untuk kali ini, agenda kami adalah Labuan Cermin.

Labuhan Cermin

Berangkat dari penginapan jam 9 pagi, sampai di pintu masuk Labuan Cermin suasana masih sepi. Ada tempat parkir, penyewaan google-snorkle dan perlampung, warung makan, dan juga toko yang menjual baju-baju.

Tiket masuk menuju Labuan Cermin adalah biaya naik kapal pengantar. Satu kali antar, kapal menampung 10 orang, jadi tarif satu kapal dihargai seratus ribu. Berhubung masih pagi dan cuma kami pengunjung yang ada, akhirnya kami bayarlah ongkos satu kapal itu demi mengantar kami sampai ke danau-nya.

Untuk menuju spot danau dua rasa Labuan Cermin, kapal akan melewati sungai payau. Perjalanan yang hanya selama 10 menit itu pun terasa sangat menyenangkan, karena pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan indah pepohonan mangrove dengan perairan yang sangat jernih.

Ketika mulai terdengar suara gema dari mesin kapal motor, itu tandanya kapal sedang melalui terowongan pintu masuk danau dua rasa Labuan Cermin. Begitu keluar terowongan, jujur saja, saya takjub. Apalagi setelah motoris membawa kapal memutari danau, dia menunjukkan spot di danau itu yang banyak ikannya. Rasanya seperti tipuan mata, di spot yang banyak ikannya itu saya bisa melihat batu-batuan yang ada di dasarnya, padahal di situ termasuk dalam area yang sangat dalam dari danau. Intinya, air di Labuan Cermin ini beniiiiiiiingggg banget. Kulit citra aja sampe kalah bening.

Bukan, ini bukan nutrijell

Be to the ning. BENING!



Lalu, apa saja yang bisa dilakukan selama di Labuan Cermin?
NYEBURRRR!!!!






Berenang di Labuan Cermin ini sumpah enak banget. Kalau gak inget waktu harus balik ke Tanjung Redeb, pasti gak mentas-mentas, deh. Enaknya itu selain karena suasananya yang kece banget tapi juga karena airnya yang di bagian atas itu tawar, jadi gak pedih di mata dan klo keminum juga palingan kembung doang. Oh, iya dan karena pas kami ke sini masih tergolong pagi banget makanya pas di danaunya juga masih sepi banget, jadi berasa milik pridabi, deh bisa jebar-jebur sesuka hati. Baru pas agak siangan, mulai banyak pengunjung yang berdatangan, gak tanggung-tanggung langsung dua kapal full. Cepat-cepat kami langsung pergi dari Labuan Cermin.

Tips. Kalau ke Labuan Cermin, datanglah pagi-pagi. Siasati dengan menginap satu malam di Biduk-Biduk. Kenapa? Karena kebanyakan pengunjung lebih memilih melakukan perjalanan dari tanjung Redep itu pagi hari dan baru tiba di Biduk Biduk itu siangnya, sudah bisa dipastikan bakalan membludak pengunjung di jam-jam siang. 

Tips Lagi. Jika Anda berniat ke Labuan Cermin di saat high season, siapkan mental Anda untuk sedikit kecewa. Dermaga di Labuan Cermin itu hanya satu dan kecil. Menurut cerita motoris kami waktu itu, ketika Labuan Cermin overload ya pengunjung gak bisa benar-benar menikmati susana danau, karena di dermaga jadi berdesak-desakan.


Labuan Kelambu

Di perjalanan kembali dari Labuan Cermin ke penginapan, ternyata kami banyak menemui hambatan, yaitu godaan buat jeprat-jepret pemandangan di sepanjang pesisir Biduk Biduk.

Salah satunya, ada satu areal pantai berpasih putih yang luas banget. Luas dan panjang. Kalau dari papan yang dibikin anak-anak UGM yang KKN di Biduk Biduk ini, sih tertulisnya "Labuan Kelambu". Jadi, di Biduk-Biduk ada Labuan Kelambu. Kok hawa-hawa honeymoon gini, sih. Hahahapaansih. Maksa. Banget. -____-








Yang jelas bukan biduk rumah tangga



Nahh, akhirnya sampailah kita di penghujung acara. Jadi inget kata Ipan, "Kalo lu udah ke Derawan sama Labuan Cermin berarti lu udah khatam Berau." Yeeyy! Padahal di tempat kerja aja saya belum khatam, eh malah di tempat tetangga malah udah jelajah dari ujung ke ujung. Hehe.

See you next trip

Selayaknya sebuah catatan perjalanan, berikut "credit title" resmi untuk trip nekat episode Berau ini.
Terimakasih!
  1. Gusti Allah, Tuhan Semesta Alam, terima kasih atas perjalanan yang luar biasa ini.
  2. Ibuk (bapak juga), gaiss serius kalau mau pergi-pergi wajib banget minta ijin orangtua, untuk segala hal doa orang tua itu yang paling sipp deh pokoknya. (Udah buktiin sendiri kalau pergi gak pamitan biasanya malah kena apes, haha :p).
  3. Ipan & Lophe, dua sejoli yang tak lekang oleh waktu ini, you're the best! Dari gunung ke laut, udah praktek teori Chebysev aja kita.
  4. Anak-anak almamter kampus yang penempatan di Berau, Jami', Dewi, Defani & Dian, terimakasih banyak atas bantuan, tumpangan, laundrian dan traktirannya. Maafkan traveller gembel ini hanya bisa merepotkan.
  5. Rekan-rekan kantor "cabang" Berau dan jaringan mitra-mitra kerjanya yang ramah dan baik hati, saya menemukan alasan lagi untuk bersyukur berada di instansi ini,
  6. Kalian semua yang sudah megikuti catatan perjalanan saya ini, maafkan kalau ceritanya bertele-tele. Terimakasih kalau kalian sudi membaca. Terimakasih juga kalau kalian hanya mampir lihat-lihat foto saja.

We travel, initially, to lose ourselves, and we travel, next to find ourselves. We travel to open our hearts and eyes and learn more about the world than our newspapers will accommodate.— Pico Iyer





0 comments :

Post a Comment