Sunday, September 18, 2016

Weekend at Ora - Part 2 "Serpihan Surga" (END)

Setelah hari pertama di Ora gak ngapa-ngapain, cuma foto-foto doang, jam 8 malam saya udah ketiduran. Memang ya, faktor-U gak bisa dibohongi, yang biasanya cuma naik motor 5 menit doang dari rumah ke kantor, terus motoran seharian nyebrang dua pulau di Maluku ya jelas remuk badan saya, bos. Kalau jalannya rata sih masih mending, lha ini tu jalannya kayak jalanan di Gunung Kidul cuma naikin levelnya 10 kali, dari segi panjang jalan dan ketajaman tikungan. Kebayang? 

Padahal saya kira road trip Tanjung Redep-Tanjung Batu yang waktu ke Derawan bulan lalu itu sudah gila, ternyata eh ternyata, road trip Ambon-Seram ini lebih parah gilanya. Dua orang cewek doang, naik motor matic, kondisi hujan deres, belum lagi pas jalan di area gunung dinginnya minta ampun, sampe menggigil beneran saya. Gak heran malamnya saya langsung tepar kecapekan. Padahal rencananya kami berdua mau ngobrol diskusi tentang rencana next trip, gagal deh. Tapi ada baiknya juga kami tidur cepat, soalnya besoknya bisa fresh lagi buat menjelajahi sekitaran Ora Beach Eco Resort.

Hari Minggu pagi saya sms Pak Munir, motoris yang akan mengantar kami baronda (Maluku/Malut: keliling) sekitaran Ora, minta dijemput jam 7 pagi. Hari itu matahari masih kalah sama mendung, malah sempat turun gerimis juga waktu kami mau mulai jalan.

Ini Ora pas lagi gak hujan, kece banget yak?

Tebing Batu Hatupia

Spot pertama yang kami datangi adalah Tebing Batu Hatupia. Ini adalah area pertemuan perairan teluk dengan tebing karst, iya langsung batu tebingnya gitu, gak ada pantai atau bakau yang biasa kalau di pesisir-pesisir. Di salah satu spotnya ada goa lautnya. Kalau berani bisa mencoba berenang atau menyelam di sini.

Tebing Batu

Masih tebing batu

Pintu masuk goa 
Sisi depan goa



Airnya jernih buanget

Goa kalau dilihat dari lubang "jendela" nya



Kami gak berani nyebur di goa, dalem banget, coy. Hahaha. Sebenernya berani kalau ada "safety guard"-nya tapi ini cuma cewek-cewek ilalang begini, tenggelam satu ya tenggelam semua. Jadiya kami lanjut ke (masih) tebing batu lagi, tapi di area yang lebih dangkal. Di situ ada semacam gazebo laut berukuran 2x2 meter dengan atap gaba/rumbia kecil.







Gak jauh dari area gazebo ini juga ada goa kecil. Kalau yang ini kami berani masuk, soalnya gak sedalam goa yang pertama tadi, bahkan di bagian ujung dalamnya cethek banget.

Gaiss, vandalisme itu gak cakep!!

Two ilalangs di dalam goa

Lalalaaaa...

Di dalam goa
Di area tebing batu ini didominasi dasar yang berpasir, tapi ada juga yang banyak batu-batuan bercampur dengan batu karang, salah satunya yang deket dengan goa kedua ini. Terumbu karang juga ada di sini, tapi masih muda dan kecil-kecil.




Mata Air Belanda

Dari Tebing Batu, kami lanjut ke Mata Air Belanda. Lokasinya ada di antara Pantai Ora dan Dermaga Saleman. Kalau dari Tebing Batu kita akan melewati lagi Pantai Ora. Di sini pengunjung diharuskan membayar tiket masuk sebesar 25ribu. Gak ada loketnya sih, cuma bayar di nyong/nona yang jaga warung di pantai ini.


Lokasi Air Mata Belanda

Pantai yang airnya campuran mata air dan laut

Dingiiin brrrroooow
Sebelumnya kami sempat diberi tahu pak motoris kalau air di Mata Air Belanda ini sedingin es. Kirain cuma becanda aja, palingan ya dingin-dingin biasa aja. Ternyataah, brrrrr dingin beneran bos. Dan yang makin bikin takjub itu, airnya tawar. 

Sumur dari mata air, tawar dan seger banget



Jadi, di area Mata Air Belanda ini ada beberapa titik mata air. Salah satunya yang jelas di sumur yang digunakan oleh warung-warung di sini, soalnya mata airnya dilindungi pake drum plastik. Kalau yang gak terlindung ada cukup banyak di beberapa tempat, salah satunya kami temukan di tepi pantai. Di situ ada sekitar 7-8 "lubang" mata air. Dari lubang itu menyeburkan air tawar yang dingin banget. 



Emmmm...

Two ilalangs

Hobbit & Gandalf

Swing.. swing..

 Taman Kupu-Kupu


Selain ada mata air yang ajaib, kami diberitahu oleh motoris kalau di area Mata Air Belanda ini ada Taman Kupu-kupu juga. Kebetulan waktu ke sini kami bertemu juga dengan pemilik tamannya. Dia cerita menggebu-gebu tentang taman kupu-kupu buatannya itu yang katanya banyak bule-bule luar negeri tertarik untuk melihat. Karena penasaran seperti apa sih taman kupu-kupu yang dicari sama bule-bule itu, akhirnya kami mau juga diantar ke tamannya itu.



Agak ajaib sebetulnya, ada taman yang dipenuhi bunga pagoda di tengah-tengah kebun yang didominsai pepohonan tahunan seperti pohon cengkeh, pala, coklat dan durian. Tapi salut juga sama bapak si pemilik taman kupu-kupu, kalau melihat cara pikir orang-orang "di sini", ini investasi yang sangat berani. Saya doakan taman kupu-kupu ini, 5-10 tahun lagi jadi lebih ngehits, nah pas saya datang lagi ke sini udah kece banget pasti tamannya. Amiiin.




Berhubung pas kami kesini semesta sedang mendung, jadi gak banyak kupu-kupu yang muncul beterbangan di area taman. Saya sempat lihat kupu-kupu warna biru yang keren banget, gak tau deh nama spesiesnya apa, sudah dikasih tahu sama bapaknya tapi saya lupa.

Selama bukan ulat bulu, saya berani :p

Si bapak mau ikutan eksis
Bersihin swallow pinjeman dulu

Btw, untuk bisa menuju ke taman kupu-kupu ini gak gampang, lho. Mesti jalan treking dulu melewati jalan setapak di sekitaran kebun. Kalau pakai standar bapaknya hanya makan waktu 15 menit, tapi realisasi kami jalan butuh 25 menit, maklum deh, princess sih. Hehehe. Sebenernya karena faktor jalananya yang becek aja sih. Ngeless. Lalu waktu untuk treking baliknya lebih cepet lagi, seperti biasa kalau treking, waktu turun itu setengah kali waktu naik, jadi kami turun kami hanya butuh waktu 10 menit saja.




Snorkling di Ora!

Dari Mata Air Belanda, kami lanjut balik ke resort. Tujuan utama dijamahnya paling terakhir dong, hehehe. Agak siang, di resort mulai banyak pengunjung, kebanyakan sih rombongan open trip yang gak nginep di resort. Tapi jangan bayangin banyaknya udah kayak cendol ya. Banyak di sini itu ya paingan yang snorkling-an itu 7-9 orang lah. Karena Ora ini memang hanya untuk mereka yang --kalau gak--bernyali besar ya berdompet tebal. Saya? Saya sih masuk yang golongan bernyali nekat dan gila, balik dari jalan-jalan biasanya langsung jatuh miskin. Wkwkwk.



Snorkling di Ora? Enaaaakkk banget! Kalau kalian mau menikmati taman surga bawah laut tanpa effort yang berat ya di Ora ini tempatnya. Gak perlu bisa free diving, gak perlu pake scuba-diving (bahkan kayaknya gak perlu bisa berenang, deh), tinggal bermodalkan pelampung sama snorkle saja, trus ngambang-ngambang aja di pantai Ora ini, dan tadddaaaaa tinggal kalian nikmati indahnya coral-coral warna-warni berbagai bentuk lengkap dengan ikan-ikan yang berenang di sekitarannya.










Perlu sangat berhati-hati saat snorking di Ora, karena "cethek" salah-salah bisa nendang atau malah gak sengaja menginjak terumbu karang. Amannya selalu cari spot yang agak dalam saja, jangan terlalu dekat dengan pantai, lagipula terumbu karang di dekat pantai kecil-kecil juga. Lebih bagus dan banyak ikannya yang di dekat dermaga. 



Teluk Saleman

Saya gak tahu nama resminya apa, tapi berhubung nama desa di pelabuhan penyeberangan ke Ora namanya Negeri Saleman, mari kita sebut saja Teluk Saleman.

Puas snorkling di Ora (belum puas, sih aslinya), mandi dan beberes packingan kami pun balik ke Teluk Saleman. Thanks to Pak Munir yang masih setia menunggu kami, ya iyalah dibayar, hehehe. Tapi memang bapaknya baik, sih. Selama jalan sama kami beliau dengan senang hati mau motoin kami. Kayaknya memang bapaknya tertarik dengan jepret menjepret, soalnya hasilnya lumayan bagus, bisa ngarahin gaya dan punya ide foto yang kece. Zuper zekali.

Oke, sampai di Teluk Saleman sekitar jam satu siang. Persiapan untuk road trip balik kami sangat sederhana: semangkuk sarimi telur pake irisan cabe rawit dan segelas teh panas. Itu saja.

Sambil nunggu pesanan kami dimasak, kami sempat jalan-jalan di sekitaran dermaga. Di sini ikan teri-teriannya banyaaaak buanget. Trus ada satu-dua terumbu karang juga. Ohya, di dekat dermaga ada penginapan juga, kamarnya cuma ada tiga sih dengan tarif lebih murah dibandingkan di resort.



Pulaaang....

Nah, akhirnya sampai juga di saat-saat paling males dari sebuah perjalanan, yaitu perjalanan pulang. Hehehe. Males tapi harus. 




Terimakasih!

Alhamdulillah, satu lagi perjalanan (gila) telah saya lalui. Terimakasih Tuhan, Kau ijinkan lagi aku melihat bukti kuasamu, salah satu lukisan sempurna-Mu di bumi ini, sebuah serpihan surga yang sangat indah, menakjubkan dan penuh keajaiban.

Terimakasih..
  • Ibuk & Bapak,
  • Mima, teman galau & teman jalan saya yang akhirnya ketularan ketagihan dunia bawah laut,
  • Fajra, Adit dan teman-teman Maluku, terimakasih banyak untuk semua-muanya, udah diijinin nginep di mess, kemana-mana nebeng mobil, diajakin nonton, dipinjemin helm, jas hujan sampe sandal swallow. Jangan kapok ya, Maluku masih banyak yang harus di-eksplore, nih.

___________________________________

Cara Kesana & Perkiraan Ongkos
Ke Ambon dulu, umunya bisa naik pesawat, harga? cek sendiri di Traveloka. Dari Ambon, setahu saya (dari pengalaman Mima yang sudah dua kali ke Ora dengan jalur berbeda) ada 2 alternatif:
  1. Ngeteng:
    1. Naik kapal cepat, tujuan Masohi, kalau gak salah inget tarifnya sekitar 600k. (Kalau ada teman saya di Maluku yang baca tolong dikoreksi, ya, japri saya, trims)
    2. Carter mobil dari Masohi sampai Saleman, harga tergantung deal-nya, tapi rata-rata sekitar 2jt-an
  2. Jalan sendiri
    1. Sewa motor/mobil dari Ambon, kemarin kami dapat sewa motor harga 300k.Ini harga persahabata, (thanks to Fajra)
    2. Naik kapal ferry di Pelabuhan-saya lupa namanya-pokoknya pelabuhan ferry Ambon-Seram, letaknya dekat Pantai Liang. Untuk 2 orang penumpang + 1 motor tiketnya 55k.
    3. Selama perjalanan PP kami habis bensin kira-kira 80k. Sepanjang perjalanan di Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah banyak kok yang jualan bensin eceran. Di dekat Pelabuhan Waipirit (SBB) dan di TNS (pertigaan di Maluku Tengah kalau mau belok ek arah Saleman) juga ada POM Bensin. Cuma kalau yang di TNS ini hari Minggu libur.
    4. Perlu sangat berhati-hati selama perjalanan darat, karena di beberapa titik jalanan berlubang. Ban motor yang kami tumpangi sempat kena paku. Beruntung, tidak jauh dari TKP ban bocor ada tempat tambal ban.
    5. Kalau bawa motor, bawa jas hujan, pastingan packingan di plastik dulu. Saya sudah buktikan pake rain-cover  saja ternyata tidak cukup untuk menyelamatkan baju-baju agar tetap kering. Karena rembes itu nyata.
Nyebrang dari desa terakhir (Desa Saleman) ke Ora Eco Resort
Bagian ini yang paling bikin tekor, kapal-kapal nelayan di sini sistemnya carter. Perkapal tarifnya mulai dari 600rb sampai 1,5 juta, tujuan mau diantar kemana aja. Kalau hanya di spot-spot kawasan teluk Ora motoris biasanya akan minta tarif 1jt. Kalau berangkatnya rombongan sih, gak masalah ya, tapi klo cuma berdua doang (kayak kami, hiks) yang mesti pinter-pinter nawar dan memelas aja.

Beruntung kami akhirnya dapat harga 600rb.
Btw, saya masih simpan nomor motoris yang kami carter waktu itu. Tapi saya lupa simpan pake nama apa. Hahaha... -.-"

Akomodasi?
  1. Di Ora Beach Eco Resort, tarik permalam 746k (sudah include pajak desa). Itu tarif untuk kamar darat, kalau kamar yang di atas laut saya lupa tarifnya berapa, jutaan kayaknya.
  2. Ada penginapan juga di dekat Pelabuhan Saleman, cuma ada tiga atau empat kamar gitu, harusnya sih tarifnya lebih murah.
  3. Homestay/rumah penduduk, mesti tanya-tanya dulu, sih. Barangkali bisa nginap di rumah penduduk di sekitaran Saleman. Cara ini jelas yang paling irit.
Makanan?
Di Resort, tarif kamar belum termasuk ongkos makan. Kalau mau disediakan makanan biayanya 300k perhari (kalau gak salah, pokoknya mahal seingat saya). Secara backpacker gembel, kami lebih memilih beli nasi bungkus dari daratan untuk di makan malam selama di Ora. Selebihnya bawa pop mie sama roti-rotian. Oh, iya air putih juga sebaiknya bawa sekalian.


___________________________________

Mahal dan menguras tenaga? Pasti. Tapi bisa menikmati mahakarya Tuhan yang ada di Ora sangat sepadan dengan perjuangan yang harus ditempuh. 

~Karena jalan menuju surga memang tidak mudah.




Ini? Bukan, ini bukan jalan menuju surga, (eh bisa juga, klo mau sembarangan) tapi ini video Jembatan Merah-Putih di Teluk Ambon.

Sekian, catatan perjalanan saya ke Ora di Maluku. 
Akkkkkkk jadi pengen balik kesana lagi. >,<

0 comments :

Post a Comment