Thursday, September 8, 2016

Trip Nekat Berau: Labuan Cermin - Biduk-Biduk (Day 4-5) Part 1

Hari Ke-4, Perjalanan Panjang Tanjung Redep - Biduk Biduk

Hari keempat di Berau menurut rencana, kami akan melanjutkan perjalanan ke Labuan Cermin, di Kecamatan Biduk-Biduk. Kecamatan ini ada di bagian ujung bagian selatan dari Kabupaten Berau. Untuk menuju kesana dari Tanjung Redep satu-satunya cara adalah dengan transportasi darat. Meski begitu ada juga sih, yang ngetrip ke Derawan sekalian sewa kapal minta antar ke Labuan Cermin via jalur laut, tapi sepertinya akan berat di ongkos kalau bagi kami.

Secara trip ini low budget malah tadinya kami berencana untuk naik motor sampai ke Biduk-Biduk. Selain karena pertimbangan biaya juga alasan kesehatan, takutnya kalau naik mobil dengan kondisi jalan perbukitan bakalan hoek-hoek mabok. Tapi, setelah mengalami perjalanan panjang selama duah hari di perairan Maratua-Derawan ditambah road trip Tanjung Batu-Tanjung Redep pulang pergi yang hampir bikin pinggang copot, saya ngotot untuk naik mobil travel saja. Lumayan bisa nambah jam istirahat tidur selama perjalanan. Kalau kuatir soal mabok, kan tinggal telan antimo ini.

Jadi, hari Senin, 15 Agustus 2016 sekitar jam 12 siang, kami dijemput mobil travel di dekat kost-an teman kami, dimana kami menumpang selama di Tanjung Redep. Selayaknya kodrat sebagai mobil travel, setelah menjemput kami mobil masih muter-muter mencari calon penumpang yang sudah pesan. Aslinya, travel ini bilang akan berangkat dari Tanjung Redep sekitar jam 10-11 an, nyatanya baru benar-benar out dari Tanjung Redep baru sekitar jam 1 siang. 

Perjalanan panjang Tanjung Redep - Biduk Biduk normalnya ditempuh selama 6 jam, atau paling cepat bisa 5 sampai 5,5 jam. Mobil hanya satu kali berhenti, yaitu  di rumah makan Donald, di daerah Mangkajang (kalau gak salah). Ini adalah tempat biasa mobil-mobil travel berhenti untuk rehat. Di sini bisa beli makanan yang mahal di rumah makan atau bisa juga makan bakso di sebelahnya saja yang murah meriah dan bikin nyaman di perut. Oiya, di sini juga disediakan toilet umum dan musholla kecil untuk sholat.

Tips. Bagi Anda yang beseran, ketika melakukan perjalanan panjang di wilayah yang didominasi dengan hutan dan lading seperti di Berau ini, sebaiknya jangan terlalu banyak minum air. Minum secukupnya saja untuk mengurangi rasa ingin kencing. Soalnya bias repot sendiri kalau tiba-tiba pas sedang dalam perjalanan eh mendadak pengen pipis. Mau berhenti di pinggir jalan terus kencing di semak-semak?

Pemandangan selama di perjalanan masih dihiasi perbukitan khas Kalimantan. Tapi untuk rute menuju Biduk-Biduk ini saya lebih sering melihat areal perkebunan kelapa sawit. Sayangnya saya gak sempat ambil gambar, karena posisi duduk saya di kursi tengah, jadi sungkan kalau mau motret-motret.

Katanya mau singkat cerita, ini kok udah panjang aja. -.-“



Sampai di Biduk-Biduk, sudah menjelang Maghrib. Kami buru-buru menuju penginapan yang direkomendasikan oleh KSK Kecamatan Biduk-Biduk, namanya Penginapan “Tepi Pantai”, literally lokasinya memang di tepi pantai, sih. Kalau mau lebih presisi (tepi pantai kan panjang) penginapan ini berada tepat di depan kantor Kecamatan Biduk-Biduk.

Setelah menghubungi pengurus penginapan, dapat kamar, taruh tas di kamar masing-masing. Kami langsung pergi ke rumah Bapak Bendahara Kecamatan Biduk-Biduk, yang kami kenal selama perjalanan dalam satu mobil travel, yang kebetulan ternyata beliau ini adalah mitra kerja di kantor kami juga, kayak Mas Wilson yang di Pulau Maratua. Pak Bendahara (maaf saya lupa namanya) dengan baik hatinya menawarkan pinjaman motornya pada kami. Alhamdulillah ya, rejeki anak statistik. Eh? Upss :p

  






Karena letak pesisir Biduk-Biduk ini menghadap ke arah timur, sesi kejar sunset pun tidak berbuah terlalu manis. Kami hanya ke dermaga terdekat, jepret semburat senja yang ada. Lalu lanjut cari tempat makan. Berburu tempat makan di Biduk-Biduk ini pun jadi satu tantangan tersendiri. Kami menyusuri jalan sampai frustasi, gak nemu tempat makan yang keliatan meyakinkan. Baru kira-kira sekitar 20 menit (mungkin) perjalanan naik motor pelan-pelan akhirnya kami menemukan rumah makan "Surabaya." Yup, Anda tidak salah baca, rumah makan ini pengelolanya semua orang Jawa. Ya beginilah  dinamika kehidupan, setelah hampir 3 taun bekerja di luar Jawa, sudah bukan hal mengherankan lagi bagi saya kalau tahu-tahu ketemu orang Jawa di suatu pelosok entah berantah seperti ini.

Rumah makan "Surabaya" ini menurut saya rekomended, pilihan menunya cukup banyak. Cuma kalau mau aman ya pesen menu yang gak aneh-aneh saja. Ikan bakar bisa jadi pilihan bijak. Ohya, bahkan di rumah makan ini jualan martabak dan batagor, lho. 


Setelah kekenyangan makan ikan bakar, yang untungnya kami gak jadi pesen batagor, kalau gak alamat malah gak kemakan tuh, saking udah kenyang makan ikan bakarnya. Karena ternyata porsinya gak tipu-tipu. Mantap, Gan! Makan sudah, tinggal tidur, deh. :p


Hari Kelima, Dari Tanjung Sulaiman ke Labuan Cermin

Keesokan harinya, kami sepakat untuk bangun awal untuk kejar sunrise. Sesuai dengan harapan dan perkiraan, pagi di Biduk-Biduk waktu itu benar-benar menakjubkan. Sore sebelumya waktu kami jalan gak jelas nyari tempat makan, sekalian kami survei lokasi spot-spot yang sekiranya bakalan kece banget buat hunting sunrise, dan perkiraan kami ternyata tepat. Begitu paginya kami datang ke spot yang sudah kami "tag" itu, ah lihat sendiri aja deh hasil hunting sunrise-nya, nih..







Ini adalah pertama kalinya bagi saya dalam sejarah pencarian matahari, bisa melihat matahari terbit bulet sempurna. Indah banget. Kalau di foto gak keliatan buletnya itu kamera kekurangan dari kamera saya saja, tapi aslinya kalau dilihat pake mata kepala bener-bener bulet. Cakep banget pokokya. Perfect sunrise, laut yang tenang, pantai, pasir putih, dengan aksen pohon bakau tunggal di kejauhan, cuma satu yang kurang. Taulah kalian apa. Wkwkwk.



Moment sunrise di sepanjang jalan pesisir desa di Biduk Biduk ini pun sayang untuk dilewatkan, lho. 





Bersambung ke Part-2, yaaah...

0 comments :

Post a Comment