Monday, December 14, 2015

Trip ke Desa Sambiki - Pulau Obi - Maluku Utara

Disebut menjelajah sebenarnya agak berlebihan sih. Perjalanan saya kali ini ke Pulau Obi, selama tiga hari dari tanggal 28 sampai 30 Januari 2015. Yap, awal tahun ini. Yayaya, maafkan bloger hina ini. Biar kejadiannya sudah lama, tapi biarlah ya, biar ceritanya tetap saya tuliskan saja. Gak ada ruginya juga buat saya. Toh, gak banyak juga yang menantikan postingan saya di blog ini, kan. 
Ha-ha-ha. -_-"

KM Ajul Safikran

Berangkat dari Pulau Bacan, jadwal kapal menuju Pulau Obi adalah pagi hari. Keberangkatan kapal tidak pernah pasti jamnya, biasanya mengikuti keadaan ombak lautan, tapi hampir selalu sekitar pukul 8-10 pagi. Kalau tidak jam segitu itu artinya kapal tidak berangkat. Jadwal hari itu yang sandar di Pelabuhan Kupal adalah kapal KM. Ajul Safikran. Kapal ini salah satu dari sedikit kapal antar pulau di Maluku Utara yang masih mempertahanakan body kayu-nya. Di pelabuhan Kupal ini ada 4 macam kapal yang sandar: KM Ajul Safikran, KM Sumber Raya, KM Obi Permai, dan KM Victoria. Masing-masing kapal ini bergantian tiap hari, kecuali hari Minggu, sandar di Pelabuhan Kupal dengan rute perjalanan Pulau Obi - Pulau Bacan - Pulau Ternate. Khusus untuk KM Victoria setelah dari Pulau Obi masih lanjut ke Pulau Ambon.

Perjalanan dari Bacan ke Obi ditempuh kurang lebih 5 jam. Seperti biasa, hampir seluruh perjalanan saya habisnya untuk micek (baca: tidur). Begitu kapal sandar di Pelabuhan Jikotamo--nama desa yang jadi tempat keberadaan pelabuhan di Pulau Obi--saya (dan seorang rekan kerja) langsung mencari mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Desa Sambiki. 

Jalanan di Pulau Obi
Oiya,saya lupa bilang tujuan utama saya kali ini memang dalam rangka menunaikan pekerjaan, melakukan pengawasan lapangan di Desa Sambiki. Untuk menuju desa ini masih membutuhkan perjalanan darat dari Pelabuhan Jikotamo kurang lebih 1-2 jam menggunakan mobil. Kondisi jalan di daerah Jikotamo memang sudah bagus, jalanan sudah diperkeras dengna aspal. Tapi setelah keluar dari desa Jikotamo keadaan jalan langsung berbeda. Medan jalan lebih didominasi dengan jalanan sirtu dan tanah. Banyak juga jembatan yang masih bersifat darurat, belum permanen. Jalanan di kawasan ini juga sangat sempit. Jadi mesti ada yang mengalah kalau ada dua mobil yang datang dari arah berlawanan. Cuma yang saya heran, sopir-sopir mobil di sini lagaknya udah kayak pembalab F1. Sudah tahu kondisi jalanan gak bagus masih saja kebut-kebutan. 

SPBU di tengah hutan, tapi tidak beroperasi



Sampai di Desa Sambiki, keluar dari mobil saya langsung di sambut terik matahari yang menyengat langsung ke ubun-ubun. Ya gak heran sih, daerah pantai memang selalu panas. Di sepanjang jalan di wilayah desa Sambiki ini, saya banyak melihat orang sedang menjemur sesuatu yang setelah saya tanya ternyata itu adalah cengkeh. Mulanya agak heran saat karena yang pertama saya lihat adalah yang warna-warni, sedang yangs aya tahu cengkeh itu warnanya coklat gelap. Saat itu baru saya tahu kalau ternyata awal mula bunga cengkeh memang warnanya hijau-kuning-merah dan empuk, tapi setelah dijemur beberapa hari cengkeh akan menghitam dan keras. Cengkeh yang seperti inilah yang kemudian akan dijual ke pengepul. Di sini saya juga baru tahu, selain bunganya ternyata petani juga menjual batang bunga cengkeh, meski dengan harga yang jauh lebuh murah.

Cengkeh yang sudah kering

Cengkeh baru dipetik

Batang Cengkeh


Di sini cuma ada sinyal indosat
Ada satu hal yang membuat saya heran selama di Pulau Obi ini, khususnya di Desa Sambiki ini. Kalau di daerah kawasan timur Indonesia, khususnya Maluku Utara provider mau gak mau karena hanya satu-satunya  yang mumpuni dan tidak bisa diandalkan adalah Telkomsel, tapi Pulau ini justru sinyal Telkomsel susah ditangkap. Malahan yang ada sinyal Indosat. Tapi lucunya, kebanyakan masyarakat di sini pakai providernya Telkomsel. 


Pulau Sambiki
Di sebelah utara Desa Sambiki ada satu pulau kecil, namanya Pulau Sambiki. Untuk menuju ke sana perlu menyeberang menggunakan perahu. Sayangnya tidak difasilitasi. Padahal menurut saya, dari pengamatan saya ya, pulau ini sangat berpotensi sebagai tempat wisata. Lihat saja, dari jauh sudah kelihatan pasir putihnya, di sisi-sisinya pun lautnya tidak begitu dalam yang saya yakin di dalamnya banyak tumbuh terumbu-terumbu karang.

Rumah Pak Nadhar
Esok harinya saya kembali ke Bacan. Kapal dari Pelabuhan Jikotamo pagi itu adalah KM Sumber Raya. Setiap kali naik kapal setengah bawah kayu, setengah atas besi ini selalu dalam keadaan bersih. 

KM Sumber Raya
Sambil menunggu waktu sampai kapal angkat jangkar, saya pun menghabiskan waktu untuk melihat-lihat geliat jual-beli batu obi di sekitaran pelabuhan Jikotamo. Ya, selain ada batu bacan, di Maluku Utara ini ada juga batu obi. Batu obi ini biasanya memiliki warna-warna terang. Ada warna kuning, merah teh, putih gading dan madu.

Batu Obi
Akhirnya peluit dari kapal dibunyikan tiga kali, itu artinya kapal akan berangkat. Selama perjalanan Pulau Obi ke Pulau Bacan, kapal akan berhenti sandar di Pelabuhan Madapolo yang berada di Pulau Madapolo. Pulau ini berada tidak jauh dari Pulau Obi. Geliat jual-beli di pelabuhan ini lebih terasa jika dibandingkan dengan di Pelabuhan Jikotamo yang hanya ada beberapa penjual makanan dan minuman jadi serta penjual batu obi. Di sini ada banyak penjual makanan khas dari Madapolo, berhubung saya masih lapar juga jadi saya ikut-ikutan penumpang lain turun ke dermaga untuk membeli makanan.

Katanya di Madapolo ini sering ada yang jual cumi-cumi, namun sayang waktu itu saya tidak menemukan penjual cumi-cumi, mungkin sedang tidak musimnya. Jadi saya hanya membeli nasi ketan yang dibungkus daun kelapa, saya lupa nama lokalnya apa. Satu lagi yang unik dari makanan & minuman yang dijual, di sini ada aqua berasa & berwarna. Iya, penjual di sini mengisi ulang botol-botol aqua ukuran 600mL dengan minuman berasa, mungkin kalau bukan sirup ya nutrisari atau marimas. Dari sini terjawab sudah pertanyaan saya, yang sering mendapati anak-anak yang berkeliaran di kapal sambil mengumpulkan botol aqua bekas, ternyata untuk digunakan lagi untuk menjual minuman rasa-rasa.

Suasana pasar di pelabuhan Madapolo


Aqua rasa-rasa

Oke, segitu aja ya. Maaf & terimakasih.

3 comments :

  1. Sangat bagus informasinya..bln dpn prjalanan sy yg prtama ke desa sambiki..desa kelahiran istri sy.thanks

    ReplyDelete
  2. Sangat bagus informasinya..bln dpn prjalanan sy yg prtama ke desa sambiki..desa kelahiran istri sy.thanks

    ReplyDelete