Monday, August 29, 2016

Trip Nekat Berau: Tanjung Redep (Day 1)

Melanjutkan dari kisah perjalanan saya menuju Pulau Derawan. Setelah sehari sebelumnya saya transit dulu di Makassar, Jumat 12 Agustus 2016 pagi akhirnya saya menuju ke tujuan perjalanan panjang saya yang sebenarnya, yaitu ke Berau. Berau ini nama kabupaten dimana Pulau Derawan berada.

Untuk menuju ke Berau dari Makassar pun harus dilalui dengan transit dulu di Balikpapan. Ikut flight pagi (puku 9.10 WITA) dari Bandara Sultan Hassanudin Makassar (di Maros - begini biasaya awak kabin menyebutnya), pesawat delay sekitar 20 menit, untung saja saya pakai connect-flight, kalau gak bisa hancur lebur sudah ini perjalanan. Sampai di Bandara Sepinggan jam saya tinggal punya waktu sekitar 15 menit untung pindah pesawat, belum lagi harus memenuhi panggilan alam dulu, tambah pula gate boardingnya di gate-11 (ato 10 ya?) yang berada di paling ujung di lantai boading di Sepinggan. Hell banget, mana saya gendong backpack segede tempurung penyu belimbing gitu. Jadilah saya jadi penumpang yang terakhir naik ke pasawat waktu itu.

Lanjutan penerbangan Sepinggan-Kalimarau (nama airport di Berau) ini saya tempuh pke pesawat ATR, lebih kecil dan jelajah terbang yang lebih rendah dari Boeing. Jadi, dari malam sebelumnya saya sudah check-in dan memilih kursi di pinggir jendela biar bisa menikmati pemandangan dari atas Pulau Borneo. Sebenarnya sebelumnya sudah pernah juga sih, terbang di atas kalimantan tapi waktu itu pakainya Boeing, everything down there seems smaller. Jelas beda sensasinya waktu nyoba pakai ATR, rasanya kayak lagi liat google maps gitu, jelas. Kalau biasanya melintas di atas "terranova" itu cukup digambarkan dengan satu kata: hutan. Tapi di terranova Borneo ini beda, saya perlu menambahkan dua kata lagi, jadi hutan, tambang dan sawit. Lucunya saya jadi berpikir, tiga hal ini menggambarkan situasi masyarakat di Borneo itu sendiri, setidaknya dari yang saya lihat selama di sana ya. Hutan itu suku-suku aslinya yang masih bertahan dengan idealisme asal-usulnya. Tambang adalah simbol pendatang atau bisa juga 'pribumi' yang sudah memiliki pola pikir pendatang. Lalu sawit adalah 'pribumi' yang ingin bertahan hidup dari peliknya sistem yang ada. Errr, I could talk about it all night guys, tapi cukup omong kosongnya. Ini kan mau nulis catper kenapa malah bahas kemana-mana.

Balikpapan-Berau ternyata jauh juga, dengan pesawat 1 jam 20 menit. Gak kebayang kalau pakai jalur darat kayak apa, sampai tujuan yang ada malah sakit encok kali. Pantesan aja saya sempat diketawain teman saya yang di Berau waktu saya punya ide mau pakai jalur darat saja, bunuh diri kamu, Non! -_-"

Sampai di Bandara Kalimarau sekitar jam setengah satu siang. Hal pertama yang saya lakukan begitu sampai: gumun (Jawa: kagum, yang lebih dalam artinya "ndeso). Untuk sekelas bandara level kabupaten Kaimarau ini wow banget. Subjektif, saya samakan dengan bandara level provinsi di Maluku Utara. No offense  ya kalau ada orang Ternate dan sekitarnya yang baca, you need to look out the world outside you. Tapi saya membanding-bandingkan bukan berarti menjelekkan ya, memang Berau lebih 'kaya' sih ya. Justru akan mencurigakan kalau fasilitas umumnya masih tertinggal. Duuuhh, saya lagi kenapa sih ini, bawaannya mau bahas kesana terus. >>>.<<<

Oke, fokus. Sampai di Kalimarau saya hubungilah teman sekampus saya dulu yang sekarang penempatan di Berau. Maksudnya sih mau tanya caranya ke kantor dia gimana, eh ternyata dia sudah berencana mau jemput saya di bandara, cuma saya disuruh nunggu dia jumatan dulu. Jadilah selama sejam itu saya gelesotan di depan bandara yang kalau gak ada penerbangan ternyata sepi banget itu. Mana laper dan gak ada tempat makan yang "price-ready" pula. Duhh protes mulu ya ini anak. -.-"

Sejam berlalu, tiba-tiba teman saya itu udah muncul aja. Setelah melewati moment speechless yang dipersembahkan oleh sedikit perubahan "style" penampilannya setelah dua tahun lebih gak pernah ketemu, sambil nyetir mobil pinjaman dari bosnya dia langsung berlagak jadi tour-guide Kota Berau (eh, kota gak ya?) ngoceh soal kondisi wilayah kerjanya itu. Hingga akhirnya sampailah perjalanan kami dari bandara ke kantornya melewati jalan di pinggiran Sungai Segah. Di situ saya merasakan ketakjuban waktu melihat ada kapal tongkang lagi nongkrong di sungai itu. "Kok udah sampai laut aja sih, Pan?" yang langsung disambernya "Ini sungai kali!!!" Seriusan, saya tahu dari buku-buku pelajaran kalau sungai-sungai besar di kalimatan itu jadi jalur perhubungan, tapi melihat langsung begini sensasinya cetar, coy. Biasa kalau di Ternate itu kapal-kapal besar parkirnya jauh banget dari daratan, lhaa ini di sungai men, sungai itu kali, lho. Iya kali yang buat mandin sapi kalau di kampung saya. Yaa gak gitu juga sih, jelas skala sungainya beda banget, sungai-sungai di kalimantan kan sudah tersohor akan kelebaran dan kedalamannya. Satu dari bukti kebesaran Tuhan yang Dia lukiskan di bumi Borneo.

Kapal Tongkang di Sungai Segah

Lihat Lebih Dekat si Kapal Tongkang

Sayangnya saya gak sempat ambil gambar Sungai Segah waktu siang hari. Saya terlalu lapar untuk mikir buat foto-foto. Oh iya dan terlalu kepanasan. Berau itu panas sodara-sodara. Saya yang bukan peminum es-es-an pun akhirnya menyerah karena udah gak tahan sama gerahnya. 

Pusat pemerintahan Berau ada di Tanjung Redep (atau redeb ya?) jadi kantor teman saya ini, which is kantor yang masih satu jaringan dengan kantor saya di Jailolo letaknya ya di Tanjung Redep ini, persisnya di samping Sungai Segah. Mampir kantor dulu, kenalan dengan pegawai di sana, ketemu juga teman seangkatan yang kerja disana, lalu cus makan siang. Makannya bakso yang sepertinya sudah menjadi keahlian orang Jawa dimana-mana, karena yang jual adalah orang Jawa. 

Hari pertama, di Berau saya habiskan dengan meet-up teman-teman lama saya dan kenalan dengan teman-teman baru, adik tingkat dari kampus saya dulu. Ya beginilah, uniknya kuliah di kampus kedinasan, kerja di kantor yang punya jaringan menyebar ke seluruh penjuru negeri, jadi sahabat, teman, kenalan, kompetitor, kekasih (ups), mantan (eh), menyebar di seluruh Indonesia. Hahaha, bukan curhat lho. Curhatnya orang lain mungkin, eh?

Anyway, terimakasih teman-teman saya di Berau yang sudah menjamu saya selama disana dengan sangat luar biasa. Full service-nya juaraaakk!!! 

Thank you so much, guys!!!

Jumat malam di Tanjung Redep, kami habiskan dengan nongkrong di sepanjang Sungai Segah. Ajaibnya, Sungai Segah yang sesiangannya sepi banget itu langsung berubah ramai banget. Di sana ada banyak sekali penjual makanan dan minuman kaki lima dan tentunya orang-orang yang duduk-duduk di sepanjang sungai menikmati malam sambil ngobrol soal apa saja. Kecuali saya sepertinya, yang lebih terpukau dengan kapal tongkang. Jadi maaf, cerita Day-1 ini foto-fotonya cuma soal kapal tongkang. Wkwkwk :p


Lampu-lampu jalan dari seberang sungai

The Magnificent Kapal Tongkang wkwk

Seriously, is there anywhere else you could find this kind of panorama?

I promise you, this is the last pict of kapal tongkang :p

Woiya, satu lagi selain kapal tongkang (lama-lama gue bunek sendiri kebanyakan mengulang-ulang kata ini), ada satu lagi yang mencuri perhatian saya selama di Sungai Segah. Ada coffe-maker yang jualan pake gerobak kaki lima, gaiss, keren banget gak tuh. Eitss, dan bukan sembarang kopi instan yang dia bikin ya, ada pilihan single origin coffee-nya juga lho. Mana harga-harganya masuk akal pula. Nah, kurang perfect gimana lagi coba, satu malam di Sungai Segah bareng temen-temen yang kece-kece, duduk-duduk ngobrol becandaan sambil ngopi yang enak & murah. 

Cuma saya sempat heran, karena jadi satu-satunya cewek yang minum kopi (ya cewek normal itu minumnya susu, iya aja deh) sampe masnya yang bikin kopi aja kaget, dia konfirmasi dulu waktu mau bikin kopi, "ini yang pesen mbaknya itu?" Duh, emang kenapa sih, kadang saya heran kenapa orang-orang di luar Jawa suka heran kalau liat cewek minum kopi. Kecuali kopi-nya Jessica, saya memang doyan kopi kok.


tempat praktek kopi

harga yang masuk akal
Oke, sekian dulu cerita perjalanan saya menuju Derawan, jelas masih akan ada lanjutannya. Memang belum sampe cerita di Derawan, but I think one day at Tanjung Redep is worth to tell and share. :)





2 comments :

  1. Nice story dan kapal itu tu nyari ikan apa buat transportasi ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kapal tongkang? itu untuk narik kapal muatan, bisa apa saja, bisa logging atau batu bara

      Delete