Monday, August 22, 2016

Mengisi Waktu Transit Setengah Hari di Makassar

Yey! Akhirnya saya melakukan perjalanan beneran lagi. Kali ini saya akan menuju Pulau Derawan di Kabupaten Berau - Kalimantan Timur, tapi untuk melakukan perjalanan ke Berau saya perlu transit dulu setengah hari dan satu malam di Makassar. Ya gini nih, kalo start-nya dari lokasi yang "susah". Mesti mencelat-mencelit dulu di kota-kota transit.

Aslinya ada pilihan perjalanan dari Ternate menuju Berau yang bisa ditempuh dalam satu hari saja, tapi berangkatnya pagi sekitar jam 7-an. Nah, secara posisi saya kan di Jailolo, dan kapal paling pagi yang pertama berangkat dari Jailolo itu pol sampe Ternate sekitar jam 8-9 pagi. Jadi yah, klo mau aman mesti stand by dulu di Ternate semalam. Setelah mempertimbangkan, karena intinya sama-sama "transit" juga, akhirnya saya ambil saja yang transit sehari di Makassar saja, kan mayan bisa lihat-lihat bentar kayak apa Makassar. Soalnya sebelum-sebelumnya transit Makassar cuma nongkrong di bandara doang.

Perjalanan saya dimulai dari Jailolo naik kapal speed pertama jam 6.30 pagi, ngetem dulu baru benar-benar berangkat itu jam 7.30 pagi. Ini gak pasti, tergantung jumlah penumpang, semakin cepat kursi penuh makin cepat juga speed berangkat. Normal perjalanan Jailolo - Ternate dengan kapal speed sekitar 45 - 60 menit. Sampai di Ternate masih sekitar jam 9 pagi, sementara jadwal pesawat saya 12.45 WIT. Masih sempat sarapan dulu.

Perjalanan udara dari Ternate ke Makassar ditempuh kurang-lebih satu setengah jam. Karena alasan operasional jadwal pesawat jadi sedikit molor, baru tiba di Bandara Sultan Hasanudin skitar jam 2 siang WITA. Keluar bandara sedikit bingung dengan jalan keluarnya, yang ternyata harus ikuti jalan menurun. Di situ sudah banyak bapak-bapak yang menawari taksi, ojek, dan DAMRI. Sejak awal saya sudah berencana untuk naik DAMRI, sekalian wasting time soalnya bus DAMRI ini ngetem dulu, kalau bus sudah penuh baru dia berangkat. 

Perjalanan dengan bus DAMRI dari bandara Sultan Hasanudin sampai di Kota Makassar, atau tepatnya saya turun di depan kantor RRI cukup ditempuh selama satu jam saja. Memang sempat kena macet di pertigaan bandara karena sedang ada perbaikan jalan.


Benteng Fort Rotterdam

Situs pertama yang saya datangi di Makassar adalah Benteng Fort Rotterdam. Sebenarnya karena pas kebetulan sekalian jalan menuju hotel tempat saya menginap yang kebetulan juga ada di depan Pantai Losari persis.

Di lingkungan benteng seluas 2 hektar ini selain tentunya bangunan benteng juga ada dua museum. Oiya, ada kantor dinas pariwisata juga, sih, yang menurut saya agak sedikit menganggu dan mengurangi estetika dari benteng ini.

Untuk ukuran hari kerja (weekday) menurut saya pengunjung benteng waktu itu cukup banyak, apalagi kelas umur remaja, yang iya sih lebih banyak sibuk dengan kamera dan tongsis mereka daripada keliling ke dalam museum. Terbukti waktu saya keliling ke dalam musem hanya sedikir sekali orangnya. Eh, atau karena memang udah mendekati jam tutup museum ya? Semoga saja iya deh.

Jadi, apa saja yang bisa dilakukan di Benteng Fort Rotterdam?
  1. Foto-foto arsiterktur bangunan benteng.
  2. Masuk museum dan dapetin ilmu tentang sejarah nenek moyang Suku Bugis sampai kisah jaman perjuangan merebut kemerdekaan di Sulawesi Selatan.
  3. Melatih rasa lewat karya-karya lukisan seniman-seniman Makassar. Selain sebagai situs sejarah, di benteng ini juga dijadikan basecamp/kantor komunitas seni di Kota Makassar.


Dan, ini foto-fotonyaaah...

Patung Sultan Hasanudin di depan benteng

Salah satu lorong di Fort Reterdam


seni lukisan tanah liat (1)

seni lukisan tanah liat (2)

pintu terowongan bawah tanah




Bangunan gereja



Sunset-Driving di Pantai Losari


Setelah menamatkan berkeliling di setiap sudut benteng, saya lanjut jalan ke arah selatan menuju Pantai Losari. Menurut saya lebih mudah jalan kaki saja, karena memang sangat dekat (menurut saya) daripada naik kendaraan, karena jalan di sepanjang Pantai Losari itu satu arah, kalau dari benteng jadi harus ambil jalan memutar dulu.

Sampai di Pantai Losari, pas banget matahari hampir tenggelam. Niatnya mau cari spot yang bisa keliatan siluet landmark tulisan "Pantai Losari" tapi apa daya kalah sama orang-orang yang berlalu-lalang di depan tulisan. Terlanjur bete akhirnya asal jepret aja, deh.

Pengalaman sunset-driving di Losari ini bagi saya sangat magical. Pernah ada yang beropini kalau sunset di Losari ini adalah yang terbaik. Waktu itu saya pikir, ah bukannya dimana-mana ya sama aja ya sunset-nya. Ternyata saya salah. Di Pantai Losari ini saya membuktikan sendiri. Sunset di Losari ini berbeda. Gimana ya menjelaskannya, semacam matahari jadi fotogenik gitu. Begitu shutter ditekan hasil jepretan pasti jadi kece banget. Memang sih, pasti ada faktor alam juga, seperti cuaca yang waktu itu memang sedang cerah (bahkan cenderung panas) dan langit yang bersih dan tidak ada banyak awan. Tapi saya tidak akan pernah lupa sensasi "tercengang" yang saya rasakan setiap memotret matahari senja di Losari waktu itu.

Semoga saja ada kesempatan lagi bisa berkunjung ke Losari dan membuktikan kalau sunset yang saya alami kemaren itu tidak hanya sekedar keberuntungan tapi memang karena kemagisan dari Losari.

Daaan ini dia foto-fotonya. Tanpa edit tanpa filter, lho. Foto-foto sunset Losari ini terlalu sempurna untuk diotak-atik.





Malam Hari di Makassar

Gak ada yang spesial sih malamnya. Saya cuma jalan-jalan ke mall. Hahaha, maklum gak ada mall sih di Jailolo. Selama di Makassar saya gak pusing mikir soal transportasi, kemana-mana saya tinggal order go-jek. 

Satu malam di Makassar saya menginap di POD House, hotel dengan konsep kapsul/dormitory yang unik banget. Kapan-kapan saya mau bahas tentang hotel ini. Berhubung di POD House ini ada rooftop-nya jadi sisa malam di Makassar saya habiskan buat jeprat-jepret aja dari rooftop.




Sekian cerita perjalanan transitan saya di Makassar. Next post tentunya masih tentang lanjutan perjalanan saya menuju Berau.
Terimakasih sudah mampir.


Makassar, 11 Agustus 2016
Note:
Tiket Bus DAMRI (Bandara - RRI Makassar) Rp 27.000,-
Go-Jek +/- Rp 15.000,-
Taksi Avansa Makassar - Bandara Rp 150.000,- (bukan taksi resmi, karena susah sekali cari taksi pagi-pagi di Makassar waktu hari kerja, sementara saya harus kejar flight pagi).

1 comment :