Seperti janji saya di postingan tempo lalu, bahwa saya mau cerita tentang Jailolo, nah ini salah satunya. Pertama tentunya akan lebih afdol kalau saya cerita tentang landmark andalan di Halmahera Barat yang satu ini: Teluk Jailolo.
Jalur laut Ternate - Jailolo |
Teluk Jailolo ini adalah salah satu akses utama untuk memasuki wilayan Halmahera Barat. Dari Ternate menyebrang di Pelabuhan Dufa-dufa, bisa menggunakan speed atau kapal kayu. Speed beroperasi setiap hari, hanya jam operasionalnya saja yang gak jelas, karena mereka pakai sistem ngetem. Kalau di Jawa ibaratnya kayak bis lah. Lalu ada juga kapal kayu. Kapal kayu ini juga ada setiap hari, beroperasi sehari dua kali, yaitu setiap jam 9.00 WIT dan 14.00 WIT. Ini jadwal seharusnya ya, tapi sekali lagi, semua kembali pada jumlah penumpang juga, kalau kira-kira baru sedikit penumpangnya bisa dipastikan molor untuk ngetem.
Meski terpaut sedikit harga tiketnya, speed Rp 50.000,- sedang kapal kayu Rp 40.000,-, tapi waktu tempuh speed hampir dua kali lebih cepat daripada kapal kayu, dengan speed hanya 45 menit. Jadi kalau Anda tidak terlalu buru-buru kalau mau ke Jailolo dan ingin menikmati panorama di atas lautan Halmahera, maka saya sarankan naik kapal kayu saja. Apalagi kalau menyeberangnya sudah masuk waktu siang hari, lebih baik naik kapal kayu saja. Soalnya kalau sudah siang lautan Halmahera suka berombak tinggi. Tapi kalau mau maksa naik speed ya gakpapa juga, sih. Paling jadi berasa naik kora-kora aja. Mayan, kan gak perlu jauh-jauh sampe Dufan.
Landmark Teluk Jailolo |
Pintu masuk Halmahera Barat adalah Pelabuhan Jailolo yang tepat berada di Teluk Jailolo. Pelabuhan ini merupakan hasil reklamasi, perpanjangan daratan dari Teluk Jailolo. Di sini ada beberapa dermaga, satu dermaga besar untuk sandar kapal-kapal besar termasuk kapal kayu, lalu ada tiga dermaga kecil yang digunakan untuk sandar speed.
Keluar dari Pelabuhan, sudah ada banyak ojek, bentor (becak motor) dan otto (sebutan mobil di Maluku Utara) pangkalan. Kalau Anda sedang atau akan berkunjung untuk pertama kali di Jailolo atau Maluku Utara pada umumnya, perlu diketahui kalau harga ojek disini tidak semahal di Jawa. Untuk jarak dekat tarifnya mulai dari Rp 5.000,- (ya, inilah bedanya, di sini ojek mau antar baik jarak dekat maupun jarak jauh). Kalau untuk bentor, biasanya selisih lebih mahal dikit aja kok. Satu bentor bisa muat untuk 3 orang, dua orang di depan, satu orang bonceng di motornya. Kabar terbaru katanya sekarang tari bentor dihitung perkepala, bukan pertarikan lagi.
Jailolo "City?" |
Kembali ke Teluk Jailolo, di sini adalah lokasi utama pelaksanaan agenda wisata tahunan Festival Teluk Jailolo (FTJ). Saat saya nulis postingan ini di sana lagi banyak stand-stand gitu, deh. Terus selama seminggu ini setiap hari ada acara macem-macem di sana. Kalau hari-hari biasa sih, sebenernya tempat ini sepi, palingan yang rame di bagian pemandian air panas di bawah pohon beringin (soal pemandian air panas di Jailolo akan saya buat postingan sendiri nanti). Atau kalau gak, biasanya banyak bapak-bapak sama anak-anak kecil yang mancing di sepanjang pinggir teluk.
Patung petani kasbi |
Di situs Teluk Jailolo ini punya tiga ciri khas. Pertama adalah tulisan raksasa "JAILOLO City". Sampai sekarang saya masih heran dengan kata "city" itu. Apa yang bikin rancangan tulisan ini gak cari tahu dulu ya arti kata "city"? Karena setahu saya sampai tulisan ini turun, status Jailolo itu adalah ibukota kabupaten. Kabupaten ya, bukan kota, yang jauh sekali dari rasa perkotaan yang saya tahu. Tapi yaudahlah ya, ini emang sayanya aja yang tukang protes. Iyakali kalau tulisannya bisa ditipe-x.
Lalu, ciri kedua adalah patung simbok-simbok lagi nggendong setenggok (saya lupa sebutan lokalnya apa) kasbi (nama lokal untuk ubi kayu atau ketela pohon) yang gak keliatan natural banget. Kenapa gak natural? Karena kalau si simbok itu bukan wonder woman, gak mungkin banget dia bisa berdiri tegak sambil bawa setenggok penuh ketela pohon begitu. Oh, iya saya lupa itu kan patung.
Terakhir, adalah panggung atas laut. Gak perlu dijelasin lagi kan ya. Jadi di situ ada panggung permanen yang didirikan di atas laut. Biasanya panggung ini baru digunakan waktu ada acara seperti Festival Teluk Jailolo.
Nah, jadi itu tadi tentang Teluk Jailolo. Situs yang biasa aja sebenarnya, tapi tetap belum sah rasanya kalau Anda ke Jailolo tapi belum foto di landmark tulisannya, ya gak ya gak? Tips kalau mau foto di sini, sebaiknya pas pagi menjelang siang hari saja, soalnya jam-jam segitu langit sedang panas-panas cerah-cerahnya. Lalu jangan berharap bisa sunset-an di spot ini ya. Kalau cuma mau liat langit jingga sih, masih bisa, tapi kalau mau dapet golden moment-nya agak susah disini, soalnya posisi matahari tenggelam di teluk ini tertutup bukit di sisi baratnya.
Oke, segini dulu ya. Selamat malam, salam hangat dari Jailolo. :*
0 comments :
Post a Comment