Ini adalah seri tulisan saya yang akan menuliskan tentang cerita-cerita saya selama tinggal di Maluku Utara. Pada babak pertama ini akan membahas tentang kenangan saya waktu awal-awal penempatan. Yah, sekitar tahun 2014-2015.
Saya masih ingat betul waktu pertama kali tahu pengumuman penempatan. Dari tiga pilihan tujuan provinsi penempatan yang saya pilih, tidak ada yang terpilih jadi tujuan penempatan saya. Ya, Maluku Utara bukalah pilihan penempatan saya. Memang suratan takdir. Perasaan saya waktu itu sedih dan takut. Bahkan sempat beberapa malam saya habiskan untuk menangis. Meluapkan emosi yang saya rasakan waktu itu. Sedih karena pada saat itu pikiran bahwa penempatan di Indonesia timur seperti menjadi buangan, karena tentu saja jelas tidak banyak yang memilih. Lalu takut akan pergi ke tempat yang saya belum pernah tahu sebelumnya apalagi ini di kawasan Indonesia timur. Tapi perasaan itu ya hanya saya simpan dan rangkul sendiri, tidak ada yang bisa saya lakukan selain menjalaninya.
Hingga akhirnya waktu keberangkatan tiba. Pesawat Garuda tujuan Ternate jadwalnya di jam dini hari. Sungguh perasaan saya bukannya sudah siap justru semakin kalut. Beruntung teman-teman kosan waktu itu sangat support mau mengantarkan kepergian saya di bandara. Meski ketika akhirnya saya masuk untuk boarding rasa galau muncul lagi. Tidak ada keinginan untuk ngobrol dengan teman-teman lainnya dan memilih untuk tidur saja. Bahkan sampai boarding naik pesawat pun saya masih dalam kondisi setengah tidur dan mengantuk berat.
Terima kasih teman-teman atas supportnya :) |
Kalut. Mungkin satu kata ini paling tepat menggambarkan perasaan saya waktu itu. Pikiran kacau dan tidak sanggup berkata apa-apa. Meskipun sepanjang penerbangan saya pulas tertidur, tapi perjalanan dini hari itu terasa sangat melelahkan secara mental.
After Sunrise |
Begitu terbangun, mata saya disambut semburat jingga dari arah timur, tidak terlihat matahari tapi ada tanda-tanda kehadirannya. Ini adalah pertama kalinya saya menyaksikan golden hour after sunrise dari atas pesawat terbang.
Waktu itu tidak sempat memotret Gunung Gamalama, kalau ini Gunung Hiri |
Ketika masih kurus hehehe |
Beruntung pas kami datang lagi musim durian |
Bersama kawan-kawan kerja di Halmahera Selatan |
Kawan penempatan saya: Tantri & Diah |
Akhirnya, melalui tulisan ini saya ingin berterima kasih pada orang-orang yang telah sangat berbaik hati selama saya di Halmahera Selatan:
- Mas Ipin (Arifin), senior panutan kami yang sudah membimbing saya dan dua kawan saya, tidak hanya untuk pekerjaan tapi juga petuah-petuahnya untuk dapat survive di Bacan hehe.
- Mbak Umi, sejak kami datang sudah banyak sekali bantuannya, mengizinkan kami numpang dulu di kosannya, membantu kami cari kos-kosan, banyaklah pokoknya.
- Udin, entahlah apa jadinya kami selama di Bacan kalau tidak ada manusia super baik ini.
- Pegawai-pegawai di Halmahera Selatan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan dan pelajaran yang pada akhirnya dapat saya ambil hikmahnya.
Lanjut ke babak 2 "Jailolo"
0 comments :
Post a Comment