Monday, October 29, 2012

Tinggal Nama di Mahameru


Selama perjalanan turun dari Puncak ke Arcopodo, banyak hal yang menjadi renungan bagiku. Melihat tidak hanya satu tugu peringatan kematian atau orang hilang di Gunung Semeru, di sana terukir umur yang tidaklah tua, bahkan ada yang lebih muda dariku. Mereka mati muda. 

Apa memang keinginan mereka mati muda? 
Apa mereka naik gunung untuk mati? 
Apa memang sudah tidak ada lagi kekasih yang akan menangisi kematian mereka? 
Kemana air mata akan terlumur kalau jasadnya saja tidak diterkubur?

Beruntungnya menjadi pendaki jaman sekarang. Bahkan siapapun aku bisa jadi pendaki. Siapapun aku dimudahkan dengan jalur pendakian yang jelas. Siapapun aku ditunjang dengan berbagai onderdil handal. Tapi apa aku menjaga setiap langkahku pada jalur pendakian? Masih ingatkah aku pada janji sebagai pencinta alam? Benarkah niatku menuju puncak semata bukan untuk kesombongan untuk dipamerkan? Sudahkah aku memisahkan apa yang seharusnya aku ambil dan apa yang aku tinggalkan? Apa hanya sebentuk gambar kemenangan sudah cukup menggantikan sujud syukur?

Mereka mungkin mati muda. Lantaskah aku akan mati tua?
Saat siapapun aku mengejek setiap meter di atas permukaan laut dengan kesombongku, 
apa aku pikir alam ini akan diam saja?


Khelik - Semeru, 20-10-2012

0 comments :

Post a Comment