Wednesday, October 31, 2012

Karaoke & Kuliner Sekitaran Jogja

Hari ini akhirnya saya keluar kandang. Janjian bareng mima dan hyda mau karaokean. Berhubung posisi lagi di Jogja jadi TKP kali ini adalah Happy Puppy Family Karaoke (HapPup). Di Jogja ada tiga HapPup: pertama di Ring Road Utara, kalau dari Jalan Kaliurang belok ke timur ikuti aja jalannya nanti ada tandanya di sebelah utara jalan; kedua di Seturan, tepat di depan kampus YKPN dan yang ketiga di Jogjatronik, kalau dari Pasar Beringharjo lurus terus ke selatan tempatnya di sebelah timur jalan.

Sepakat karaoke di HapPup Jogjatronik jam 10 pagi. Tapi nyatanya baru kumpul semua sekitar jam setengah sebelas. Begitu sudah kumpul semua personel karaoke langsung deh pesen buat tiga jam. Hahaaa mau menggila sampe suara habis >,<.

Ternyata tarif karaoke di HapPup ini kece banget, lho, kalo dibandingin sama tempat karaoke di Jakarta. Happy Hour-nya pun lebih lama, dari jam 10.00 sampai 16.00 diskon 50% dari harga Bussiness Hour. Untuk ukuran small di Happy Hour tarifnya 25k. Lumayan, lah... Selain pelayanannya bagus, fasilitas karaokenya juga canggih. Toilet dan musholla tersedia, interior ruang karaokenya menarik, operator lagu pakai layar sentuh dan microphone-nya disarungin. Oia, tambah lagi ada menu jahe anget, jadi makin menambah performa suara deeeh.. heheheee...

Tiga jam kemudian selesailah kami mendendangkan berbagai macam lagu dengan berbagai bahasa (sebenernya cuma Bahasa Indonesia, Inggris dan Korea). Sempet nyanyiin lagunya Chrisye yang Pergilah Kasih juga, hehehe, jadul banget ya saya. Ini gara-gara sering dengerin pengamen di kereta nyanyiin lagu ini apalagi yang paling berkesan adalah lagu ini sering terngiang di kepala saya waktu lagi pendakian Semeru. Liriknya magis banget tuh "Pergilah kasih, kejarlah keinginanmu". :D

Selesai bayar ongkos karaoke, maksud hati mau makan di House of Raminten tapi ternyata malah hujan. Secara kami bertiga cuma bawa motor, dan motor sekarang belum pake teknologi pemantul hujan jadinya kami "jajan" dulu di foodcourt Jogjatronik. Maksudnya "jajan" bubur ayam, nasi goreng sama chicken steak+nasi. Serasa cemilan, biar udah "jajan", begitu hujan reda kami tetap pergi ke House of Raminten.

House of Raminten ini adalah satu tempat makan di Jogja dengan tema tradisional yang kental dengan nuansu Jawa. Tempatnya ada di Kota Baru, deket masjid Syuhada, atau kalau dari Jalan Sudirman di pertigaan Mc.D belok ke selatan, tempatnya di sebelah barat jalan, di sana ada billboard gambar Raminten.

Begitu masuk House of Raminten kami disambut dengan aroma menyan dan dupa yang memang sengaja diletakan di setiap sudut tempat makan. Waktu kami datang memang tidak begitu ramai pengunjung, tapi denger-denger sih di sini selalu ramai, saya pikir mungkin karena kami datangnya pas weekday sih ya. Tapi ternyata makin sore makin ramai pengunjung. 

House of Raminten ini adalah sebuah rumah lengkap dengan halaman, pendopo, teras, rumah panggung yang disulap menjadi restoran. Jadi gak heran dalam satu restoran akan ada bermacam-macam sudut pandang. Pernak-pernik mistis pun ramai menghiasi rumah ini, tapi bukannya bikin horor tapi malah menjadi sisi menarik tersendiri yang justru dicari dan dinikmati pengunjungnya, termasuk saya. :)
"Seragam"





Bicara soal menu makanan dan minuman di House of Raminten, ada berbagai hidangan khas yang masih konsisten dengan tema yang diusung: tradisional Jawa. Satu menu yang harus dicoba tentunya nasi kucingnya, soalnya murah, sih :p. Nasi kucing ukuran single tanpa telur harganya cuma seribu, yaa ini harga yang sama kalo beli di angkringan biasa. Bisa tambah lauk sate usus, sate jamur, sate telur puyuh, tahu bacem, atau sate-satean lainnya yang harganya kisaran Rp 2000 sampai Rp 4000. Menu minumannya juga beragam dan bikin penasaran untuk mencoba dengan kisaran harganya macam-macam, mulai dari harga Rp 4000.

Nasi Kucing Pak-Te 1,5k

Nasi Kucing Tan-te 1k

Setub Jambu 4k

Tape Ketan Ijo Anget - 6k

Roti Pisang Eskrim Bakar 13k

Roti Bakar

Sate Usus 2k + Sate Jamur 2k

Nah, semoga cerita jalan-jalan saya hari ini bisa jadi rekomendasi bagi yang lagi di Jogja dan bingung mau ngapain (ngomongin diri sendiri).

Monday, October 29, 2012

Hujan di Mahameru


Hujan turun menggumpalkan pasir Mahameru.
Hujan turun di antara semak Jambangan menyentak memburu.
Hujan turun menyapu Cemoro Kandang yang berdebu.
Hujan turun menghentak lembut ketenangan wahai Ranu.

Hujan ini bukan datang dari sudut gelap mata kami.
Tapi hujan ini turun dari mendung perpisahan yang menyampaikan janji pada bumi,
bahwa aku akan datang kembali



Stasiun Kota Baru-Malang, 20-10-2012

Tinggal Nama di Mahameru


Selama perjalanan turun dari Puncak ke Arcopodo, banyak hal yang menjadi renungan bagiku. Melihat tidak hanya satu tugu peringatan kematian atau orang hilang di Gunung Semeru, di sana terukir umur yang tidaklah tua, bahkan ada yang lebih muda dariku. Mereka mati muda. 

Apa memang keinginan mereka mati muda? 
Apa mereka naik gunung untuk mati? 
Apa memang sudah tidak ada lagi kekasih yang akan menangisi kematian mereka? 
Kemana air mata akan terlumur kalau jasadnya saja tidak diterkubur?

Beruntungnya menjadi pendaki jaman sekarang. Bahkan siapapun aku bisa jadi pendaki. Siapapun aku dimudahkan dengan jalur pendakian yang jelas. Siapapun aku ditunjang dengan berbagai onderdil handal. Tapi apa aku menjaga setiap langkahku pada jalur pendakian? Masih ingatkah aku pada janji sebagai pencinta alam? Benarkah niatku menuju puncak semata bukan untuk kesombongan untuk dipamerkan? Sudahkah aku memisahkan apa yang seharusnya aku ambil dan apa yang aku tinggalkan? Apa hanya sebentuk gambar kemenangan sudah cukup menggantikan sujud syukur?

Mereka mungkin mati muda. Lantaskah aku akan mati tua?
Saat siapapun aku mengejek setiap meter di atas permukaan laut dengan kesombongku, 
apa aku pikir alam ini akan diam saja?


Khelik - Semeru, 20-10-2012

Catatan Perjalanan: Gunung Semeru 3676 MDPL 16-20 Oktober 2012


Akhirnya "terposting" sudah catper perjalanan ke Semeru setelah akhirnya seminggu lewat dari waktu kami turun gurun. Sebelumnya maaf kalau ternyata banyak yang menunggu-nunggu catper ini, wkwkwk (belagu banget ya gue), maklum selain karena koneksi di rumah yang gak sekenceng klo lagi di Jakarta masih ditambah waktu yang hilang karena diajakin kondangan sana-sini sama si Emak alhasil begitu sampe kamar langsung deh tepar kekenyangan. :p

So, tanpa mengurangi rasa hormat, catpernya gak akan kebanyakan bertele-tele, langsung point-point penting plus gambar-gambar "ilustrasi" pendukung, heheeehe.


Bermula dari ajakan sok-sokan dari temen "Ayo Semeru!", "Kapan Semeru, nih?" yang biasanya cuma saya jawab dengan helaan nafas panjang. Waktu  itu (baca: waktu 'sok sibuk bikin skripsi') mana sempet saya mikirn mau naik gunung. Apalagi makin deket tanggal seminar/sidang situasi makin hectic aja, kan. Lalu akhirnya pas keadaan gak terlalu semrawut alias sidang udah kelar dan dinyatakan "lulus dengan revisi", gak sengaja kesetrum pas liat di FB beredar foto-foto anak GPA Chbey yang habis dari Gunung Semeru. Alhasil membuat saya yang berjiwa muda ini bergejolak ingin lari ke gunung kemudian menyanyiku lalu belok ke pantai kemudian teriakku.

Tanpa banyak bertele-tele langsung deh kumpulin massa terus tentuin tanggal keberangkatan. Crew masih sama kayak pas naik Gunung Merbabu (yang gak kerasa udah lewat setengah tahun).

Singkat cerita, dengan berbekal semangat "habis wisuda" jadilah tanggal 16 Oktober kami bertujuh berangkat dari Jakarta. Tiket sudah dibeli jauh-jauh hari bahkan sebelum tanggal wisuda. Belinya sekalian yang pulang-pergi. Berangkat tanggal 16 Oktober dan balik Jakarta tanggal 20 Oktober.


Selasa, 16 Oktober 2012 

Jadwal KA Matarmaja berangkat 14.05
Karena ini pengalaman pertama kali naik Matarmaja dan naiknya dari stasiun Pasar Senen yang jalan menuju tempat ini riskan macet, makanya rencana kumpul di stasiun paling lambat jam 1 siang. Tapi rencana tinggal rencana, cowok-cowok datangnya pas udah jam 1 lewat, bikin kami yang udah datang dari jam setengah 12 siang ketar-ketir.

NOTE: Jangan mepet-mepet datang ke stasiun, usahakan satu jam sebelum jadwal kereta berangat sudah siap di peron.

Menunggu dan Waktu Berlalu

Rabu, 17 Oktober 2012
Sampai di Stasiun Kota Baru, Malang pukul 08.45
Stasiun Kota Baru adalah stasiun terakhir pemberhentian KA Matarmaja, jadi selama perjalanan 19 jam Anda bisa tidur pulas tanpa takut kelewat stasiun tempat berhenti. (iya kali bisa tidur terus selama 19  jam).

Begitu sampai stasiun...

Rencana awal sebenernya mau bersih-bersih dulu di kamar mandi stasiun, tapi ternyata keadaan kamar mandinya tidak mengizinkan. Jadi kami langsung menuju ke Tumpang. Di depan stasiun sudah banyak angkutan yang sengaja ngetem menunggu penumpang. Kami ditawari carter angkutan seharga 100 ribu, tapi setelah ditawar sepakat di harga 70 ribu. Harga segini termasuk lumayan murah, soalnya kalo mau ngeteng (gonta-ganti angkutan dari Stasiun sampe Tumpang) untuk 7 orang malah jatuhnya lebih mahal, bisa 80-85 ribu, lah).

Kurang lebih butuh waktu satu jam dari stasiun sampai di Puskesmas Tumpang. Rata-rata supir angkutan umum di sini sudah hapal begitu lihat ada manusia yang keluar dari stasiun sambil 'nenteng' carrier  pasti tujuannya ke Puskesmas Tumpang. Selama perjalanan, Pak Supri, nama bapak supir angkutan yang kami carter gak henti-hentinya cerita soal pendaki lain yang belum lama ini diantarnya. Beliau juga menyarankan setelah cek kesehatan di Tumpang bisa langsung menuju basecamp Pak Rus, di sana bisa langsung sewa jeep atau truk. Katanya juga sih bisa numpang tidur dan bersih-bersih juga di basecamp Pak Rus itu.

Tawaran Pak Supri - supir angkutan itu cukup untuk informasi saja, karena kami sudah janjian dengan kenalan yang tinggal di Tumpang, namanya Mas Rijal. Jadi begitu selesai cek kesehatan di Puskesmas Tumpang rombongan kami langsung menuju rumah Mas Rijal yang rumahnya deket banget sama Pasar Tumpang. Di sana kami mandi, repacking, dan ada yang beli keperluan logistik di Pasar Tumpang untuk konsumsi selama pendakian.

NOTE: Selama masih di Tumpang cek lagi syarat-syarat untuk keperluan perijinan, seperti materai, fotokopi surat sehat dan fotokopi KTP. Karena jarak Tumpang - Ranu Pane sangat jauh (2 jam perjalanan dengan truk), jangan sampai begitu sudah sampai Pos registrasi di Ranu Pane ternyata masih belum lengkap.


Pos Registrasi - Ranu Pane 14.03
Setelah sholat Dzuhur dan semua perkap sudah ter-packing, sekitar jam 12 lebih dikit rombongan pamit berangkat menuju Ranu Pane. Mas Rijal dengan baik hati telah mencarikan carteran truk yang tak lain ternyata masih milik Pak Rus yang diceritakan Pak Supri-supir angkutan. Perjalanan Tumpang - Ranu Pane sebenarnya cukup menyegarkan mata, apalagi setelah melewati desa Ngadas, akan terlihat pemandangan hamparan pasir dengan bukit-bukit pegunungan Batok.

Sampai di Ranu Pane langsung saja kami urus registrasi, tulis semua informasi yang dibutuhkan di lembar registrasi termasuk nomor keluarga yang dapat dihubungi dan juga daftar barang bawaan selama pendakian. Selesai urusan registrasi ganti deh urusan perut, di dekat pos registrasi ada warung yang sudah siap dengan makanan seperti rawon atau soto yang siap disantap. 

Kantor Registrasi Pendakian Gunung Semeru

Gaya dulu dong :p


Ranu Pane (2100 mdpl) 15.00 - Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 19.00
Perjalan dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo kami lalui via jalur yang biasa, katanya sih kalau via Ayek-ayek bisa lebih cepet tapi ya itu jalurnya lebih menanjak. Sedang jalur yang kami lewati ini tergolong landai dan kenaikan mdpl-nya sangat "gradualy". Lihat saja waktu dari Landengan Dowo dengan ketinggian 2300 mdpl sampai di Watu Rejeng dengan ketinggian 2350 mdpl kami tempuh selama 50 menit.

Bagi kami bertujuh yang semuanya belum pernah sekalipun ke Semeru, trek jalur selama perjalanan Ranu Pane - Ranu Kumbolo ini sangat jelas apalagi dengan adanya penunjuk jalur yang sangat membantu. Selain itu masih ditambah selama hampir dua jam pertama perjalanan jalurnya berupa paving/cornblock


Bismillah, berangkaatttt

15.18

Landengan Dowo - 15.38

Pos 1 - 16.14

"Chasing Pavement"

Pos 2 - 16.41

Watu Rejeng - 16.49

Jalur landai

Pos 3 - 17.41

Pos 4 - 18,34


Sesuai rencana Rabu malam kami ngecamp di Ranu Kumbolo. Sebenarnya tinggal memutar satu bukit lagi kami sampai di pos shelter Ranu Kumbolo, tapi karena sudah kecapekan akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda di cekungan lembah sebelum shelter, tapi masih di pinggir Ranu Kumbolo. Paginya baru kami sadar kalau untungnya kami ngecamp di tempat tersebut, soalnya kami bisa foto-foto di Ranu Kumbolo dengan view berbeda di sini, yang menurut saya sih lebih bagus :p. Sekitar jam 5-6 pagi memang masih berkabut, tapi panorama berkabut di Ranu Kumbolo ini juga sayang kalau dilewatkan. Apalagi semakin siang, begitu kabut mulai menghilang pesona Ranu Kumbolo langsung membius setiap mata yang melihatnya.

















Rabu, 18 Oktober 2012
Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 09.00 - Kalimati (2700 mdpl) 13.00

Tanjakan Cinta
Jalan tepat di belakang shelter Ranu Kumbolo langsung dihadapkan ke Tanjakan Cinta yang legendaris. Langsung deh foto-foto ajee. ^^


"Tenda Kami Tenda Biru"
Edeiweis dan Ranu Kumbolo



Tanjakan Cinta - 09.05
Panas terik matahari yang tanpa tedeng aling-aling dengan lugunya menyengat tanpa peduli siapapun yang berani melewati Tanjakan Cinta. Seperti belum cukup di Tanjakan Cinta saja, selama perjalanan melewati Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang dan Jambangan pun sama saja teriknya minta ampun. Tapi ini terik yang harus disyukuri, daripada hujan dan melewatkan banyak panorama alam yang sayang kalau tidak diabadikan. :)

Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo ini berupa hamparan padang rumput. Waktu kami kesana sih lagi kering kerontang, tapi kalau sekitaran bulan Juni-Juli dan sedang beruntung di Oro-oro Ombo ini tumbuh semacam kenikir ungu yang kelihatan seperti lavender. Jalur pendakian yang resmi dari Tanjakan Cinta menuju Cemoro Kandang adalah memutari Oro-oro Ombo tapi sepertinya banyak pendaki yang gatel kalau belum sok-sokan melankolis ala film India diantara padang kering di Oro-oro Ombo. Selain itu jalur memotong di Oro-oro Ombo ini relatif lebih cepat (kecuali kalo kelamaan foto-foto).

Oro-oro Ombo - 09.30

Cemoro Kandang (2500 mdpl)
Dari namanya saja sudah jelas ini adalah "kandang-nya pohon cemara" jadi yaa gak heran kalau sepanjang jalan banyak kiri kanan banyak pohon cemara. Lewat jalur ini yang keinget satu: PANAS!!! Biarpun pendakian ini di bulan Oktober, masih terhitung peralihan musim, tapi hawa kemarau kerasa banget di Cemoro Kandang ini (apalagi nyaris sepanjang pertengahan tahun ini seluruh pulau Jawa lagi "hot-hot" nya, ya kan?). Selama melewati jalur Cemoro Kandang ini terik matahari langsung nyetrum ke ubun-ubun kepala, jadi saran buat pendaki yang menderita epistaksis atau nama lainnya hidung berdarah atau biasa disebut mimisan gak ada salahnya pakai topi rimba. Kalau ternyata masih mimisan juga bisa lakukan PP sebagai berikut:
  • Duduk dengak kepala condong di depan tapi jangan menunduk. Selalu usahakan posisi kepala lebih tinggi dari posisi jantung.
  • Jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk sehingga septum nassal atau sekat di antara lubang hidung seperti dipijat dengan pelan, lakukan selama 15 menit.
  • Bernafas lewat mulut
  • Kalau bisa, kompres hidung dengan kain dingin.


Cemoro Kandang - 09.50


Jambangan (2600 mdpl)
Setelah dua jam jalan terseok-seok di sepanjang Cemoro Kandang sampailah di pos Jambangan. Saat cuaca cerah, dari Jambangan ini kita sudah bisa melihat gagahnya puncak Mahameru Ada dua tipe vegetasi di Jambangan ini yaitu berupa hamparan padang rumput kering yang tidak terlalu luas yang dihiasi pohon edelweis di beberapa tempat dan sekomplek rimbun pepohonan yang cukup tinggi berupa perpaduan pohon cantigi dan semacam tanaman merambat. Dua macam vegetasi ini secara bergantian menghiasi sepanjang perjalanan di Jambangan secara berselang-seling membentuk suatu de javu

Jambangan - 12.28



Kalimati (2700 mdpl)
Sekitar jam satu siang kami baru sampai di Kalimati. Minder juga sih, sementara kami perlu waktu 4 jam untuk sampai di Kalimati, ternyata ada pendaki yang hanya butuh 2,5 jam dari Ranu Kumbolo ke Kalimati. Maklumlah secara baru pertama kali jadi banyak foto-fotonya (klo cupu ya cupu aja, pake acara ngeles :\ ).


Sudah hampir Kalimati - 12.45
Sampai  Kalimati - 12.51

Tampak shelter Pos Kalimati - 12.57
Kami istirahat agak lama, tadinya sih mau masak, tapi rencana berubah, yang tadinya kami mau ngecamp di Kalimati, karena ajakan dari pendaki lain yang sudah pernah mendaki Semeru akhirnya kami memutuskan akan lanjut ke Arcopodo. Di Kalimati, kami hanya makan snack, sholat, dan ambil air di Sumbermani. Waktu itu kami butuh waktu hampir satu jam untuk pulang-pergi ambil air di Sumbermani. Lama ambil air ini relatif, tergantung debit air dan banyak atau gaknya barengan yang ambil air.


Jalan menuju Sumbermani

Sumbermani

Sumbermani yang atas

Sumbermani yang bawah
NOTE:
1. Sebelum beranjak dari Ranu Kumbolo dan melanjutkan perjalanan, di Ranu Kumbolo kita bisa isi air dari danau. Biar tidak memberatkan selama perjalanan yang panjang, perhatikan penggunaan air. Selama Ranu Pane - Ranu Kumbolo yang medannya cenderung teduh penggunaan air bisa sangat irit. Saran saja dari Ranu Pane satu orang bisa bawa 1 botol 1,5L dan beberapa botol kosong yang kemudian diisi air di Ranu Kumbolo. Karena pengalaman saya sewaktu melewati Cemoro Kandang, medannya sangat terbuka karena pohon-pohon yang meranggas, sehingga terik matahari langsung bisa membuat pendaki cepat merasa kelelahan dan haus dan kulit gosong.
2. Memang ketika di Kalimati bisa ambil air lagi di mata air Sumbermani, tapi tidak ada salahnya menghemat penggunaan air selama perjalanan, karena debit air di Sumbermani sangat tergantung dengan curah hujan. Kami ambil air di Sumbermani dua kali, sebelum menuju Arcopodo (Rabu, 18 Oktober) untuk mengambil 1,5 L air di Sumbermani membutuhkan waktu 5 menit sedangkan ketika turun dari Arcopodo (Kamis, 19 Oktober) 1,5 L air bisa terisi penuh selama 2 menit saja. Dua kali ke Sumbermani ini pada waktu yang hampir sama yaitu sekitar jam 12.00 - 13.00, perbedaan debit air ini mungkin karena malamnya hujan.



Kalimati (2700 mdpl) 14.30 - Arcopodo (2900 mdpl) 16.00
Bareng pendaki lain yang sudah pernah mendaki Semeru, kami melanjutkan perjalanan menuju Arcopodo. Benar kata orang kalau pendakian yang sebenarnya baru dimulai dari Kalimati. Berbeda dari jalur sebelum Kalimati yang relatif landai, jalur menuju Arcopodo ini jelas #uhuk "tidak landai". Saking terseok-seoknya, kami sempat dikebut rombongan pendaki lain. Ah, What a shame :(



Begitu sampai di Arcopodo, kami langsung cari posisi untuk pasang tenda. Waktu itu ada dua rombongan yang barengan ngecamp di situ, satu dari Jakarta, satu lagi dari Jogja. Kami sepakat summit attack barengan jam satu pagi. ^^

Ngomong-ngomong soal Arcopodo yang penuh misteri ini, wujudnya mirip-mirip kayak Kandang Badak di Gunung Gede-Pangrango. Tanahnya (seperti sengaja) dibuat trap-trapan untuk pendaki yang mau ngecamp di sini.

Sebenarnya waktu di perjalanan ada pendaki yang menyarankan "kalau gak kuat dinginnya, mending ngecamp di Kalimati" tapi akhirnya malah ngecamp di Arcopodo karena pertimbangan "ngecamp di Arcopodo bisa nyicil jalan buat summit attack". Sebenarnya kalau soal dingin, ngecamp di Arcopodo atau di Kalimati (mungkin) sama saja. Sama-sama bikin menggigil, maksudnya. Dan ternyata benar saja, apalagi hujan dan intensitas angin yang sangat besar malam itu semakin menambah sensasi dingin di Arcopodo. (T_T)

NOTE: Sebagai persiapan summit attack Arcopodo - Puncak, selama di Arcopodo simpan tenaga, makan yang banyak kalori, lalu segera istirahat tidur dan gak ada salahnya minum vitamin neutropix untuk mencegah rasa pegal waktu bangun tidur. Kalau saya sih, biasanya sebelum tidur cukup pake balsem otot sambil dipijat sendiri, Alhamdulillah selalu berhasil bangun tanpa pegal menyiksa. (halah) -.-"


Jumat, 19 Oktober 2012
Arcopodo (2900 mdpl) 01.00 - Puncak Mahameru (3676 mdpl) 04.40
Pagi itu perjalanan kami menuju puncak dimudahkan Yang Kuasa, jalur menuju puncak basah karena hujan yang datang sebelum kami memulai summit attack. Intensitas angin juga tidak terlalu kencang. Ditambah cuaca yang cerah menghantarkan panorama malam berbintang berpadu dengan hamparan lampu-lampu Kota Malang dan sekitarnya jauh di bawah sana. Kalau tidak terlalu lelah mengatur napas selama mendaki ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya.

Butuh mental yang kuat untuk bisa melalui jalur ini. Apalagi ini pertama kalinya saya lewat jalur berpasir begini yang bener kata orang: naik satu langkah turun dua langkah. 

Tiga orang--termasuk saya--dari tujuh orang rombongan kami sampai di Puncak lebih dulu. Mulai kuatir karena empat teman kami gak muncul-muncul juga di puncak, satu pendaki yang telah berbaik hati membantu saya dan satu teman saya melalui jalan panjang menuju Puncak dengan webing bilang begini, "Kalau mereka masih punya mimpi, mereka pasti sampai". Benar saja, kurang lebih jam 6.00 empat orang teman saya itu akhirnya sampai juga di Puncak Mahameru. ^^


yay!

Bersama Pendaki dari Prancis dan Mas Anton dari Jogja :)

Satu yang (mungkin) merasa beruntung telah mati muda.







Cukup lama kami berada di Puncak. Klo bukan karena menggigil dengan kondisi bellow zero temperature dan larangan berada di Puncak lebih dari jam 10.00 karena bahaya gas beracun mungkin siapapun bakalan betah di Puncak Mahameru.

Di puncak Mahameru inilah Soe Hok Gie mati. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-26.

Puncak (3676 mdpl) 07.00 - Arcopodo (2900 mdpl) 08.00
Perlu dicamkan baik-baik waktu turun dari Puncak, selama melalui jalur berpasir, ambil jalur sebelah kiri (klo dari Puncak). Katanya dulu masih ada Cemoro Tunggal yaitu pohon cemara sebagai ancer-ancer atau petunjuk saat turun dari Puncak, tapi sekarang sudah gak ada lagi. Jadi pokoknya selalu ambil jalur kiri saja, sampai ketemu batas vegetasi yang ada besi pathok jalur pendakian. 

Jalur antara Puncak - Arcopodo
Jalur antara Puncak - Arcopodo
Jalur antara Puncak - Arcopodo

Arcopodo (2900 mdpl) 11.10 - Kalimati ( 2700 mdpl) 11.50
Berhubunng di Arcopodo kami kehabisan air, jadi gak bisa masak, akhirnya setelah turun dari Puncak langsung tidur. Begitu bangun langsung packing, terus jalan turun menuju Kalimati. Begitu sampai di Kalimati, ambil air di Sumbermani untuk masak dan bekal di jalan sampai Ranu Kumbolo. Setelah sholat dan makan di Kalimati kami bersiap melajutkan perjalanan turun. Waktu mau mualai jalan lagi kami baru sadar kalau ternyata tinggal kami yang masih santai-.santai di Kalimati. Bisa diduga begitu kami sampai di Ranu Kumbolo pasti sudah banyak tenda, apalagi ini pas weekend.

Kalimati (2700 mdpl) 14.00 - Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 16.45
Rencana awal harusnya malam ketiga kami ngecamp di Ranu Kumbolo. Tapi setelah melalui berdebatan sengit dengan kekhawatiran kalau-kalau besok gak bisa ngejar jadwal kereta, akhirnya batal ngecamp di Ranu Kumbolo. Selain isi air untuk bekal perjalanan sampai Ranu Pane, di sini kami eh saya duduk sebentar sambil mengurai cerita dalam hening untuk Ranu Kumbolo. 

Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 17.10 - Ranu Pane (2100 mdpl) 22.30
Ternyata butuh waktu lebih lama bagi rombongan kami untuk turun dari Ranu Kumbolo ke Ranu Pane, bahkan lebih lama dari waktu kami naik. Selain karena jalurnya yang memutari bukit, kondisi kami yang kejar tayang seharian dari Puncak langsung Ranu Pane jelas fisik kelelahan. Begitu sampai di pos registrasi, yang rencananya mau isi perut dulu batal gara-gara semua kelelahan dan memilih langsung tidur.


Sabtu, 20 Oktober 2012
Ranu Pane 08.00 - Tumpang 10.00 
Dari Ranu Pane ke Tumpang kami naik truk lagi, truk yang sama seperti waktu dari Tumpang ke Ranu Pane. Memang sebelumnya kami sudah janjian sama Pak Hari (nama supir truknya). Setelah packing dan sarapan di warung deket Pos Registrasi, kami langsung naik truk menuju Tumpang tepatnya di rumahnya Mas Rijal.

Tumpang 13.00 - Stasiun Kota Baru, Malang 14.00
Di kediaman keluarga Mas Rijal di Tumpang kami mandi lalu repacking lagi persiapan untuk kembali ke Jakarta. Setelah selesai sholat dan sempat ditraktir makan juga, bapaknya Mas Rijal sudah mencarikan carteran angkutan untuk kami. (Duh, baiknya ^^,).
Lalu pamitan pun terjadi. Sayang gak ada yang ngingetin buat foto bareng. :\

Sampai di Stasiun Kota Baru-Malang, masih ada waktu sampai jadwal keberangkatan KA Matarmaja tujuan Jakarta. Lantas kami cari warung bakso deket stasiun yang pernah diceritain sama seorang ibu yang katemu di dalam kereta waktu perjalanan dari Jakarta.


Stasiun Kota Baru, Malang 14.50 
Meski sama-sama naik KA Matarmaja, destinasi rombongan kami terpisah menjadi dua. Saya dan satu orang teman saya menuju Jogja sementara lima orang lainnya ke Jakarta. Menurut jadwal KA Matarmaja sampai di Stasiun Pasar Senen kurang lebih jam 9 pagi.

Stasiun Solo Jebres, Surakarta 22.00
Aturan jadwalnya sih sampai di Solo Jebres jam 21.30, tapi ternyata molor. Di stasiun ini saya dan teman saya teridentifikasi oleh seorang cewek yang masih sepantaran dengan kami yang langsung menyerang, "Habis naik gunung mana?". Lalu begitu kami ceritakan kalau kami dari Semeru cewek itu kurang lebih intinya bilang, "Habis ini Rinjani, dong". Hmmm, we'll see... 

Dari stasiun Solojebres, naik becak menuju stasiun Tirtonadi. Sebenernya udah deal si bapak mau dibayar 10 ribu. Tapi begitu tau ternyata medan jalan dan jaraknya yang bisa dibilang jauh untuk kendaraan dengan bahan bakar dengkul itu, apalagi beban bawaannya adalah 2 orang + 2 carrier, jadi gak tega juga klo cuma kasih segitu. Yang kayak gini nih, yang bikin saya gak pernah naik becak. :\

Mungkin tersugesti rasa ingin segera tidur di kasur, menunggu bis jurusan Jogja di stasiun Tirtonadi jadi terasa lama banget. Tapi akhirnya sekitar jam 11 malem bis-nya datang.

Minggu, 21 Oktober 2012
Jogjakarta, 01.00
Sampailah sudah! 


Akhirnya, hanya luapan syukur yang tidak henti-hentinya saya tujukan untuk Sang Penguasa Semesta Alam, Allah SWT untuk setiap kemudahan dan keajaiban yang menyertai di setiap langkah saya yang akhirnya berakhir selamat kembali ke hangatnya rumah.


Terimakasih!

  1. Bapak dan ibu yang selalu menjadi saksi bagaimana tingkah polah anaknya ini.
  2. Mima, Ningrum, Mufid, Adi, Salam dan Yoga, teman rombongan seperjalanan yang mbleyer. :p
  3. Risqa, Mas Sally dan Mas Rijal serta keluarganya di Tumpang yang telah sudi menampung kami meski hanya sebatas ucapan terimakasih yang mampu kami berikan sebagai balasan kebaikan.
  4. Para pendaki yang kami temui selama perjalanan luar biasa ini yang telah membagikan kekayaan inspirasi dan semangat serta ilmu dalam keramah-tamahan mereka.




___________________________________


NOTE TAMBAHAN:
Ini beberapa tips summit attack, saya ambil dari tweet-nya @Ngalas_Malang yang melakukan pendakian Semeru tanggal 21-23 Oktober 2012.
  1. Pilih waktu pendakian yang tepat, standard untuk ke Semeru adalah 4 hari 3malam, biar bisa manage power & endurance dgn baik. Sebaiknya malam ke-1 habiskan di Ranu Kumbolo, untuk hemat power dan kurangin beban keesokan harinya
  2. Hari ke-2, berangkat dari Ranu Kumbolo sebelum pukul 10.00, bawa air minum secukupnya, 2,5 jam sampai di Kalimati, lalu ambil air di Sumbermani. Sebaikny tidak bermalam di Kalimati, tapi langsung di Arcopodo. Perjalanan hanya 1 jam dari Kalimati. Kita bisa save power & nyicil jalan untuk summit.
  3. Sesampai di Arcopodo, segera isi badan dengan makanan berat, karbo, kalori, protein, lalu segera cepat beristirahat. Set alarm Pukul 12.00, jangan lupa sebelum tidur minum vitamin neurotropik (ex: neurobion) untuk menghindari pegal sebangun dr tidur.
  4. Start summit dart 00.30 atau 01.00, NOTE:
  • Pakai treking pole, atau cari tongkat kayu, di Arcopodo banyak sisa summiter. Treking pole berguna untuk kepanjangn dari tangan kita, jadi medan berat antara Pos kelik (batas vegetasi) sampai Puncak bukan cuma kaki kita yg bekerja, tapi 1 badan.
  • Pakai pakaian+jaket yang efektif, jangan terlalu tebal, jangan terlalu tipis, pilih yg efektif. Jangan terlalu banyak lapisan juga. Pakaian dan jaket yang terlalu tebal, memang hangat, tapi membatasi ruang gerak kita selama perjalann berat menuju Puncak.
  • AIR. Air menjadi kebutuhan yang sangat vital utk keperluan summit attack. Cukup bawa 1 botol air mineral 600mL perorang. Apabila dalam rombongan besar, usahakan tiap orang bawa 1 botol 600mL. Jangan mengandalkan orang lain untuk bawa air kita. Minimalisir konsumsi air selama prjalanan ke Puncak, cukup seteguk, karena konsumsi air yang terlalu banyak bikin makin haus.
  • Tempo jalan. Atur tempo kalian sndiri, jangan terbawa tempo orang lain, mulai atur tempo dari start Arcopodo, keep your tempo.
  • Istirahat. Minimalisir intensitas duduk selama summit attack, cukup untuk tarik nafas saja, karena semakin sering dan lama duduk. Makin malas untuk berdiri dan melanjutkan perjalanan. Panas tubuh juga cepat hilang, dan nanti kembali harus cari panas tubuh lagi. Minimalisir rest.
  • Observasi jalur. Punggungan di kanan kiri lereng mahameru beberapa ada yang masih solid, berguna untuk curi waktu, tapi harus tetap waspada, karena di kanan-kiri lereng juga punya jurang agak dalam.
Yang ini tambahan dari pengalaman saya, (sebenernya lebih ditujukan untuk saya sendiri, sih .__.) biarpun gerah sebaiknya waktu jalan siang, terlebih waktu di anatara Ranu Kumbolo - Kalimati , pakailah sarung tangan. Soalnya panas terik matahari langsung yang gak kompak sama suhu pegunungan justru bikin kulit gampang gosong bahkan iritasi. Selain itu jaga-jaga juga bawa kacamata dan masker muka atau slayer. Kami sih beruntung sewaktu jalan angin tidak terlalu kencang. Tapi dari pengalaman pendaki lain ada juga mendapati selama pendakian mereka intensitas angin sangat kencang sampai membuat debu atau pasir bertebangan sehingga mengganggu penglihatan saat sedang jalan. Terlebih lagi ketika melewati jalur antara Arcopodo - Puncak.


ITUNG-ITUNGAN:
Logistik Makanan
Gas 3x 15.000 Rp45.000
Nuget C*amp  Rp    30.500
Nuget F*esta  Rp    38.000
Roti Tawar 5 x 10.000  Rp    50.000
Sosis Sapi F*no 6's  Rp      8.500
Sosis Sapi V*da 6's  Rp    10.500
Kornat Pr*nas  Rp    13.750
Air 14 x 2.500  Rp    35.000
Potongan Alf*mart  Rp    (5.500)
Rp180.750
Ind*mie Soto 28  Rp    39.000
Beras 2kg  Rp    15.400
Bawang Goreng 2  Rp      4.000
Telur 3 butir  Rp      3.000
Rp61.400
TOTAL LOG-KONSUMSI Rp287.150
Perijinan
Cek Kesehatan 7 x 5.500  Rp    38.500
Materai  Rp      7.000
SIMAKSI+Tiket+Kamera  Rp    58.000
TOTAL PERIJINAN Rp103.500
Tranportasi
KA Matarmaja Jakarta - Malang 7 x 51.000 Rp357.000
Carter Angkutan Stasiun - Tumpang Rp70.000
Truk Tumpang - Ranu Pane Rp300.000
Truk Ranu Pane - Rumpang 7x30.000 Rp210.000
Carter Angkutan Tumpang - Stasiun Rp70.000
TOTAL TRANSPORTASI* Rp1.007.000
TOTAL Rp1.397.650
Dibagi untuk 7 orang: Rp199.664  (a)
KA Matarmaja (perorang):
A. Malang - Jakarta Rp51.000
Rp51.000  (b)
Destinasi Jakarta (a) + (b): Rp250.664
B. Malang - Solo Rp41.000
Becak Rp8.000
Bis jurusan Jogja Rp7.500
Rp56.500  (c)
Destinasi Jogja (a) + (c): Rp256.164


Demikian catper kali ini. Semoga bermanfaat! Setidaknya untuk saya sendiri :)
Semoga berjumpa pada catper selanjutnya :)