Monday, October 29, 2012

Catatan Perjalanan: Gunung Semeru 3676 MDPL 16-20 Oktober 2012


Akhirnya "terposting" sudah catper perjalanan ke Semeru setelah akhirnya seminggu lewat dari waktu kami turun gurun. Sebelumnya maaf kalau ternyata banyak yang menunggu-nunggu catper ini, wkwkwk (belagu banget ya gue), maklum selain karena koneksi di rumah yang gak sekenceng klo lagi di Jakarta masih ditambah waktu yang hilang karena diajakin kondangan sana-sini sama si Emak alhasil begitu sampe kamar langsung deh tepar kekenyangan. :p

So, tanpa mengurangi rasa hormat, catpernya gak akan kebanyakan bertele-tele, langsung point-point penting plus gambar-gambar "ilustrasi" pendukung, heheeehe.


Bermula dari ajakan sok-sokan dari temen "Ayo Semeru!", "Kapan Semeru, nih?" yang biasanya cuma saya jawab dengan helaan nafas panjang. Waktu  itu (baca: waktu 'sok sibuk bikin skripsi') mana sempet saya mikirn mau naik gunung. Apalagi makin deket tanggal seminar/sidang situasi makin hectic aja, kan. Lalu akhirnya pas keadaan gak terlalu semrawut alias sidang udah kelar dan dinyatakan "lulus dengan revisi", gak sengaja kesetrum pas liat di FB beredar foto-foto anak GPA Chbey yang habis dari Gunung Semeru. Alhasil membuat saya yang berjiwa muda ini bergejolak ingin lari ke gunung kemudian menyanyiku lalu belok ke pantai kemudian teriakku.

Tanpa banyak bertele-tele langsung deh kumpulin massa terus tentuin tanggal keberangkatan. Crew masih sama kayak pas naik Gunung Merbabu (yang gak kerasa udah lewat setengah tahun).

Singkat cerita, dengan berbekal semangat "habis wisuda" jadilah tanggal 16 Oktober kami bertujuh berangkat dari Jakarta. Tiket sudah dibeli jauh-jauh hari bahkan sebelum tanggal wisuda. Belinya sekalian yang pulang-pergi. Berangkat tanggal 16 Oktober dan balik Jakarta tanggal 20 Oktober.


Selasa, 16 Oktober 2012 

Jadwal KA Matarmaja berangkat 14.05
Karena ini pengalaman pertama kali naik Matarmaja dan naiknya dari stasiun Pasar Senen yang jalan menuju tempat ini riskan macet, makanya rencana kumpul di stasiun paling lambat jam 1 siang. Tapi rencana tinggal rencana, cowok-cowok datangnya pas udah jam 1 lewat, bikin kami yang udah datang dari jam setengah 12 siang ketar-ketir.

NOTE: Jangan mepet-mepet datang ke stasiun, usahakan satu jam sebelum jadwal kereta berangat sudah siap di peron.

Menunggu dan Waktu Berlalu

Rabu, 17 Oktober 2012
Sampai di Stasiun Kota Baru, Malang pukul 08.45
Stasiun Kota Baru adalah stasiun terakhir pemberhentian KA Matarmaja, jadi selama perjalanan 19 jam Anda bisa tidur pulas tanpa takut kelewat stasiun tempat berhenti. (iya kali bisa tidur terus selama 19  jam).

Begitu sampai stasiun...

Rencana awal sebenernya mau bersih-bersih dulu di kamar mandi stasiun, tapi ternyata keadaan kamar mandinya tidak mengizinkan. Jadi kami langsung menuju ke Tumpang. Di depan stasiun sudah banyak angkutan yang sengaja ngetem menunggu penumpang. Kami ditawari carter angkutan seharga 100 ribu, tapi setelah ditawar sepakat di harga 70 ribu. Harga segini termasuk lumayan murah, soalnya kalo mau ngeteng (gonta-ganti angkutan dari Stasiun sampe Tumpang) untuk 7 orang malah jatuhnya lebih mahal, bisa 80-85 ribu, lah).

Kurang lebih butuh waktu satu jam dari stasiun sampai di Puskesmas Tumpang. Rata-rata supir angkutan umum di sini sudah hapal begitu lihat ada manusia yang keluar dari stasiun sambil 'nenteng' carrier  pasti tujuannya ke Puskesmas Tumpang. Selama perjalanan, Pak Supri, nama bapak supir angkutan yang kami carter gak henti-hentinya cerita soal pendaki lain yang belum lama ini diantarnya. Beliau juga menyarankan setelah cek kesehatan di Tumpang bisa langsung menuju basecamp Pak Rus, di sana bisa langsung sewa jeep atau truk. Katanya juga sih bisa numpang tidur dan bersih-bersih juga di basecamp Pak Rus itu.

Tawaran Pak Supri - supir angkutan itu cukup untuk informasi saja, karena kami sudah janjian dengan kenalan yang tinggal di Tumpang, namanya Mas Rijal. Jadi begitu selesai cek kesehatan di Puskesmas Tumpang rombongan kami langsung menuju rumah Mas Rijal yang rumahnya deket banget sama Pasar Tumpang. Di sana kami mandi, repacking, dan ada yang beli keperluan logistik di Pasar Tumpang untuk konsumsi selama pendakian.

NOTE: Selama masih di Tumpang cek lagi syarat-syarat untuk keperluan perijinan, seperti materai, fotokopi surat sehat dan fotokopi KTP. Karena jarak Tumpang - Ranu Pane sangat jauh (2 jam perjalanan dengan truk), jangan sampai begitu sudah sampai Pos registrasi di Ranu Pane ternyata masih belum lengkap.


Pos Registrasi - Ranu Pane 14.03
Setelah sholat Dzuhur dan semua perkap sudah ter-packing, sekitar jam 12 lebih dikit rombongan pamit berangkat menuju Ranu Pane. Mas Rijal dengan baik hati telah mencarikan carteran truk yang tak lain ternyata masih milik Pak Rus yang diceritakan Pak Supri-supir angkutan. Perjalanan Tumpang - Ranu Pane sebenarnya cukup menyegarkan mata, apalagi setelah melewati desa Ngadas, akan terlihat pemandangan hamparan pasir dengan bukit-bukit pegunungan Batok.

Sampai di Ranu Pane langsung saja kami urus registrasi, tulis semua informasi yang dibutuhkan di lembar registrasi termasuk nomor keluarga yang dapat dihubungi dan juga daftar barang bawaan selama pendakian. Selesai urusan registrasi ganti deh urusan perut, di dekat pos registrasi ada warung yang sudah siap dengan makanan seperti rawon atau soto yang siap disantap. 

Kantor Registrasi Pendakian Gunung Semeru

Gaya dulu dong :p


Ranu Pane (2100 mdpl) 15.00 - Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 19.00
Perjalan dari Ranu Pane menuju Ranu Kumbolo kami lalui via jalur yang biasa, katanya sih kalau via Ayek-ayek bisa lebih cepet tapi ya itu jalurnya lebih menanjak. Sedang jalur yang kami lewati ini tergolong landai dan kenaikan mdpl-nya sangat "gradualy". Lihat saja waktu dari Landengan Dowo dengan ketinggian 2300 mdpl sampai di Watu Rejeng dengan ketinggian 2350 mdpl kami tempuh selama 50 menit.

Bagi kami bertujuh yang semuanya belum pernah sekalipun ke Semeru, trek jalur selama perjalanan Ranu Pane - Ranu Kumbolo ini sangat jelas apalagi dengan adanya penunjuk jalur yang sangat membantu. Selain itu masih ditambah selama hampir dua jam pertama perjalanan jalurnya berupa paving/cornblock


Bismillah, berangkaatttt

15.18

Landengan Dowo - 15.38

Pos 1 - 16.14

"Chasing Pavement"

Pos 2 - 16.41

Watu Rejeng - 16.49

Jalur landai

Pos 3 - 17.41

Pos 4 - 18,34


Sesuai rencana Rabu malam kami ngecamp di Ranu Kumbolo. Sebenarnya tinggal memutar satu bukit lagi kami sampai di pos shelter Ranu Kumbolo, tapi karena sudah kecapekan akhirnya kami memutuskan mendirikan tenda di cekungan lembah sebelum shelter, tapi masih di pinggir Ranu Kumbolo. Paginya baru kami sadar kalau untungnya kami ngecamp di tempat tersebut, soalnya kami bisa foto-foto di Ranu Kumbolo dengan view berbeda di sini, yang menurut saya sih lebih bagus :p. Sekitar jam 5-6 pagi memang masih berkabut, tapi panorama berkabut di Ranu Kumbolo ini juga sayang kalau dilewatkan. Apalagi semakin siang, begitu kabut mulai menghilang pesona Ranu Kumbolo langsung membius setiap mata yang melihatnya.

















Rabu, 18 Oktober 2012
Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 09.00 - Kalimati (2700 mdpl) 13.00

Tanjakan Cinta
Jalan tepat di belakang shelter Ranu Kumbolo langsung dihadapkan ke Tanjakan Cinta yang legendaris. Langsung deh foto-foto ajee. ^^


"Tenda Kami Tenda Biru"
Edeiweis dan Ranu Kumbolo



Tanjakan Cinta - 09.05
Panas terik matahari yang tanpa tedeng aling-aling dengan lugunya menyengat tanpa peduli siapapun yang berani melewati Tanjakan Cinta. Seperti belum cukup di Tanjakan Cinta saja, selama perjalanan melewati Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang dan Jambangan pun sama saja teriknya minta ampun. Tapi ini terik yang harus disyukuri, daripada hujan dan melewatkan banyak panorama alam yang sayang kalau tidak diabadikan. :)

Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo ini berupa hamparan padang rumput. Waktu kami kesana sih lagi kering kerontang, tapi kalau sekitaran bulan Juni-Juli dan sedang beruntung di Oro-oro Ombo ini tumbuh semacam kenikir ungu yang kelihatan seperti lavender. Jalur pendakian yang resmi dari Tanjakan Cinta menuju Cemoro Kandang adalah memutari Oro-oro Ombo tapi sepertinya banyak pendaki yang gatel kalau belum sok-sokan melankolis ala film India diantara padang kering di Oro-oro Ombo. Selain itu jalur memotong di Oro-oro Ombo ini relatif lebih cepat (kecuali kalo kelamaan foto-foto).

Oro-oro Ombo - 09.30

Cemoro Kandang (2500 mdpl)
Dari namanya saja sudah jelas ini adalah "kandang-nya pohon cemara" jadi yaa gak heran kalau sepanjang jalan banyak kiri kanan banyak pohon cemara. Lewat jalur ini yang keinget satu: PANAS!!! Biarpun pendakian ini di bulan Oktober, masih terhitung peralihan musim, tapi hawa kemarau kerasa banget di Cemoro Kandang ini (apalagi nyaris sepanjang pertengahan tahun ini seluruh pulau Jawa lagi "hot-hot" nya, ya kan?). Selama melewati jalur Cemoro Kandang ini terik matahari langsung nyetrum ke ubun-ubun kepala, jadi saran buat pendaki yang menderita epistaksis atau nama lainnya hidung berdarah atau biasa disebut mimisan gak ada salahnya pakai topi rimba. Kalau ternyata masih mimisan juga bisa lakukan PP sebagai berikut:
  • Duduk dengak kepala condong di depan tapi jangan menunduk. Selalu usahakan posisi kepala lebih tinggi dari posisi jantung.
  • Jepit hidung dengan ibu jari dan telunjuk sehingga septum nassal atau sekat di antara lubang hidung seperti dipijat dengan pelan, lakukan selama 15 menit.
  • Bernafas lewat mulut
  • Kalau bisa, kompres hidung dengan kain dingin.


Cemoro Kandang - 09.50


Jambangan (2600 mdpl)
Setelah dua jam jalan terseok-seok di sepanjang Cemoro Kandang sampailah di pos Jambangan. Saat cuaca cerah, dari Jambangan ini kita sudah bisa melihat gagahnya puncak Mahameru Ada dua tipe vegetasi di Jambangan ini yaitu berupa hamparan padang rumput kering yang tidak terlalu luas yang dihiasi pohon edelweis di beberapa tempat dan sekomplek rimbun pepohonan yang cukup tinggi berupa perpaduan pohon cantigi dan semacam tanaman merambat. Dua macam vegetasi ini secara bergantian menghiasi sepanjang perjalanan di Jambangan secara berselang-seling membentuk suatu de javu

Jambangan - 12.28



Kalimati (2700 mdpl)
Sekitar jam satu siang kami baru sampai di Kalimati. Minder juga sih, sementara kami perlu waktu 4 jam untuk sampai di Kalimati, ternyata ada pendaki yang hanya butuh 2,5 jam dari Ranu Kumbolo ke Kalimati. Maklumlah secara baru pertama kali jadi banyak foto-fotonya (klo cupu ya cupu aja, pake acara ngeles :\ ).


Sudah hampir Kalimati - 12.45
Sampai  Kalimati - 12.51

Tampak shelter Pos Kalimati - 12.57
Kami istirahat agak lama, tadinya sih mau masak, tapi rencana berubah, yang tadinya kami mau ngecamp di Kalimati, karena ajakan dari pendaki lain yang sudah pernah mendaki Semeru akhirnya kami memutuskan akan lanjut ke Arcopodo. Di Kalimati, kami hanya makan snack, sholat, dan ambil air di Sumbermani. Waktu itu kami butuh waktu hampir satu jam untuk pulang-pergi ambil air di Sumbermani. Lama ambil air ini relatif, tergantung debit air dan banyak atau gaknya barengan yang ambil air.


Jalan menuju Sumbermani

Sumbermani

Sumbermani yang atas

Sumbermani yang bawah
NOTE:
1. Sebelum beranjak dari Ranu Kumbolo dan melanjutkan perjalanan, di Ranu Kumbolo kita bisa isi air dari danau. Biar tidak memberatkan selama perjalanan yang panjang, perhatikan penggunaan air. Selama Ranu Pane - Ranu Kumbolo yang medannya cenderung teduh penggunaan air bisa sangat irit. Saran saja dari Ranu Pane satu orang bisa bawa 1 botol 1,5L dan beberapa botol kosong yang kemudian diisi air di Ranu Kumbolo. Karena pengalaman saya sewaktu melewati Cemoro Kandang, medannya sangat terbuka karena pohon-pohon yang meranggas, sehingga terik matahari langsung bisa membuat pendaki cepat merasa kelelahan dan haus dan kulit gosong.
2. Memang ketika di Kalimati bisa ambil air lagi di mata air Sumbermani, tapi tidak ada salahnya menghemat penggunaan air selama perjalanan, karena debit air di Sumbermani sangat tergantung dengan curah hujan. Kami ambil air di Sumbermani dua kali, sebelum menuju Arcopodo (Rabu, 18 Oktober) untuk mengambil 1,5 L air di Sumbermani membutuhkan waktu 5 menit sedangkan ketika turun dari Arcopodo (Kamis, 19 Oktober) 1,5 L air bisa terisi penuh selama 2 menit saja. Dua kali ke Sumbermani ini pada waktu yang hampir sama yaitu sekitar jam 12.00 - 13.00, perbedaan debit air ini mungkin karena malamnya hujan.



Kalimati (2700 mdpl) 14.30 - Arcopodo (2900 mdpl) 16.00
Bareng pendaki lain yang sudah pernah mendaki Semeru, kami melanjutkan perjalanan menuju Arcopodo. Benar kata orang kalau pendakian yang sebenarnya baru dimulai dari Kalimati. Berbeda dari jalur sebelum Kalimati yang relatif landai, jalur menuju Arcopodo ini jelas #uhuk "tidak landai". Saking terseok-seoknya, kami sempat dikebut rombongan pendaki lain. Ah, What a shame :(



Begitu sampai di Arcopodo, kami langsung cari posisi untuk pasang tenda. Waktu itu ada dua rombongan yang barengan ngecamp di situ, satu dari Jakarta, satu lagi dari Jogja. Kami sepakat summit attack barengan jam satu pagi. ^^

Ngomong-ngomong soal Arcopodo yang penuh misteri ini, wujudnya mirip-mirip kayak Kandang Badak di Gunung Gede-Pangrango. Tanahnya (seperti sengaja) dibuat trap-trapan untuk pendaki yang mau ngecamp di sini.

Sebenarnya waktu di perjalanan ada pendaki yang menyarankan "kalau gak kuat dinginnya, mending ngecamp di Kalimati" tapi akhirnya malah ngecamp di Arcopodo karena pertimbangan "ngecamp di Arcopodo bisa nyicil jalan buat summit attack". Sebenarnya kalau soal dingin, ngecamp di Arcopodo atau di Kalimati (mungkin) sama saja. Sama-sama bikin menggigil, maksudnya. Dan ternyata benar saja, apalagi hujan dan intensitas angin yang sangat besar malam itu semakin menambah sensasi dingin di Arcopodo. (T_T)

NOTE: Sebagai persiapan summit attack Arcopodo - Puncak, selama di Arcopodo simpan tenaga, makan yang banyak kalori, lalu segera istirahat tidur dan gak ada salahnya minum vitamin neutropix untuk mencegah rasa pegal waktu bangun tidur. Kalau saya sih, biasanya sebelum tidur cukup pake balsem otot sambil dipijat sendiri, Alhamdulillah selalu berhasil bangun tanpa pegal menyiksa. (halah) -.-"


Jumat, 19 Oktober 2012
Arcopodo (2900 mdpl) 01.00 - Puncak Mahameru (3676 mdpl) 04.40
Pagi itu perjalanan kami menuju puncak dimudahkan Yang Kuasa, jalur menuju puncak basah karena hujan yang datang sebelum kami memulai summit attack. Intensitas angin juga tidak terlalu kencang. Ditambah cuaca yang cerah menghantarkan panorama malam berbintang berpadu dengan hamparan lampu-lampu Kota Malang dan sekitarnya jauh di bawah sana. Kalau tidak terlalu lelah mengatur napas selama mendaki ingin rasanya berteriak sekencang-kencangnya.

Butuh mental yang kuat untuk bisa melalui jalur ini. Apalagi ini pertama kalinya saya lewat jalur berpasir begini yang bener kata orang: naik satu langkah turun dua langkah. 

Tiga orang--termasuk saya--dari tujuh orang rombongan kami sampai di Puncak lebih dulu. Mulai kuatir karena empat teman kami gak muncul-muncul juga di puncak, satu pendaki yang telah berbaik hati membantu saya dan satu teman saya melalui jalan panjang menuju Puncak dengan webing bilang begini, "Kalau mereka masih punya mimpi, mereka pasti sampai". Benar saja, kurang lebih jam 6.00 empat orang teman saya itu akhirnya sampai juga di Puncak Mahameru. ^^


yay!

Bersama Pendaki dari Prancis dan Mas Anton dari Jogja :)

Satu yang (mungkin) merasa beruntung telah mati muda.







Cukup lama kami berada di Puncak. Klo bukan karena menggigil dengan kondisi bellow zero temperature dan larangan berada di Puncak lebih dari jam 10.00 karena bahaya gas beracun mungkin siapapun bakalan betah di Puncak Mahameru.

Di puncak Mahameru inilah Soe Hok Gie mati. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke-26.

Puncak (3676 mdpl) 07.00 - Arcopodo (2900 mdpl) 08.00
Perlu dicamkan baik-baik waktu turun dari Puncak, selama melalui jalur berpasir, ambil jalur sebelah kiri (klo dari Puncak). Katanya dulu masih ada Cemoro Tunggal yaitu pohon cemara sebagai ancer-ancer atau petunjuk saat turun dari Puncak, tapi sekarang sudah gak ada lagi. Jadi pokoknya selalu ambil jalur kiri saja, sampai ketemu batas vegetasi yang ada besi pathok jalur pendakian. 

Jalur antara Puncak - Arcopodo
Jalur antara Puncak - Arcopodo
Jalur antara Puncak - Arcopodo

Arcopodo (2900 mdpl) 11.10 - Kalimati ( 2700 mdpl) 11.50
Berhubunng di Arcopodo kami kehabisan air, jadi gak bisa masak, akhirnya setelah turun dari Puncak langsung tidur. Begitu bangun langsung packing, terus jalan turun menuju Kalimati. Begitu sampai di Kalimati, ambil air di Sumbermani untuk masak dan bekal di jalan sampai Ranu Kumbolo. Setelah sholat dan makan di Kalimati kami bersiap melajutkan perjalanan turun. Waktu mau mualai jalan lagi kami baru sadar kalau ternyata tinggal kami yang masih santai-.santai di Kalimati. Bisa diduga begitu kami sampai di Ranu Kumbolo pasti sudah banyak tenda, apalagi ini pas weekend.

Kalimati (2700 mdpl) 14.00 - Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 16.45
Rencana awal harusnya malam ketiga kami ngecamp di Ranu Kumbolo. Tapi setelah melalui berdebatan sengit dengan kekhawatiran kalau-kalau besok gak bisa ngejar jadwal kereta, akhirnya batal ngecamp di Ranu Kumbolo. Selain isi air untuk bekal perjalanan sampai Ranu Pane, di sini kami eh saya duduk sebentar sambil mengurai cerita dalam hening untuk Ranu Kumbolo. 

Ranu Kumbolo (2400 mdpl) 17.10 - Ranu Pane (2100 mdpl) 22.30
Ternyata butuh waktu lebih lama bagi rombongan kami untuk turun dari Ranu Kumbolo ke Ranu Pane, bahkan lebih lama dari waktu kami naik. Selain karena jalurnya yang memutari bukit, kondisi kami yang kejar tayang seharian dari Puncak langsung Ranu Pane jelas fisik kelelahan. Begitu sampai di pos registrasi, yang rencananya mau isi perut dulu batal gara-gara semua kelelahan dan memilih langsung tidur.


Sabtu, 20 Oktober 2012
Ranu Pane 08.00 - Tumpang 10.00 
Dari Ranu Pane ke Tumpang kami naik truk lagi, truk yang sama seperti waktu dari Tumpang ke Ranu Pane. Memang sebelumnya kami sudah janjian sama Pak Hari (nama supir truknya). Setelah packing dan sarapan di warung deket Pos Registrasi, kami langsung naik truk menuju Tumpang tepatnya di rumahnya Mas Rijal.

Tumpang 13.00 - Stasiun Kota Baru, Malang 14.00
Di kediaman keluarga Mas Rijal di Tumpang kami mandi lalu repacking lagi persiapan untuk kembali ke Jakarta. Setelah selesai sholat dan sempat ditraktir makan juga, bapaknya Mas Rijal sudah mencarikan carteran angkutan untuk kami. (Duh, baiknya ^^,).
Lalu pamitan pun terjadi. Sayang gak ada yang ngingetin buat foto bareng. :\

Sampai di Stasiun Kota Baru-Malang, masih ada waktu sampai jadwal keberangkatan KA Matarmaja tujuan Jakarta. Lantas kami cari warung bakso deket stasiun yang pernah diceritain sama seorang ibu yang katemu di dalam kereta waktu perjalanan dari Jakarta.


Stasiun Kota Baru, Malang 14.50 
Meski sama-sama naik KA Matarmaja, destinasi rombongan kami terpisah menjadi dua. Saya dan satu orang teman saya menuju Jogja sementara lima orang lainnya ke Jakarta. Menurut jadwal KA Matarmaja sampai di Stasiun Pasar Senen kurang lebih jam 9 pagi.

Stasiun Solo Jebres, Surakarta 22.00
Aturan jadwalnya sih sampai di Solo Jebres jam 21.30, tapi ternyata molor. Di stasiun ini saya dan teman saya teridentifikasi oleh seorang cewek yang masih sepantaran dengan kami yang langsung menyerang, "Habis naik gunung mana?". Lalu begitu kami ceritakan kalau kami dari Semeru cewek itu kurang lebih intinya bilang, "Habis ini Rinjani, dong". Hmmm, we'll see... 

Dari stasiun Solojebres, naik becak menuju stasiun Tirtonadi. Sebenernya udah deal si bapak mau dibayar 10 ribu. Tapi begitu tau ternyata medan jalan dan jaraknya yang bisa dibilang jauh untuk kendaraan dengan bahan bakar dengkul itu, apalagi beban bawaannya adalah 2 orang + 2 carrier, jadi gak tega juga klo cuma kasih segitu. Yang kayak gini nih, yang bikin saya gak pernah naik becak. :\

Mungkin tersugesti rasa ingin segera tidur di kasur, menunggu bis jurusan Jogja di stasiun Tirtonadi jadi terasa lama banget. Tapi akhirnya sekitar jam 11 malem bis-nya datang.

Minggu, 21 Oktober 2012
Jogjakarta, 01.00
Sampailah sudah! 


Akhirnya, hanya luapan syukur yang tidak henti-hentinya saya tujukan untuk Sang Penguasa Semesta Alam, Allah SWT untuk setiap kemudahan dan keajaiban yang menyertai di setiap langkah saya yang akhirnya berakhir selamat kembali ke hangatnya rumah.


Terimakasih!

  1. Bapak dan ibu yang selalu menjadi saksi bagaimana tingkah polah anaknya ini.
  2. Mima, Ningrum, Mufid, Adi, Salam dan Yoga, teman rombongan seperjalanan yang mbleyer. :p
  3. Risqa, Mas Sally dan Mas Rijal serta keluarganya di Tumpang yang telah sudi menampung kami meski hanya sebatas ucapan terimakasih yang mampu kami berikan sebagai balasan kebaikan.
  4. Para pendaki yang kami temui selama perjalanan luar biasa ini yang telah membagikan kekayaan inspirasi dan semangat serta ilmu dalam keramah-tamahan mereka.




___________________________________


NOTE TAMBAHAN:
Ini beberapa tips summit attack, saya ambil dari tweet-nya @Ngalas_Malang yang melakukan pendakian Semeru tanggal 21-23 Oktober 2012.
  1. Pilih waktu pendakian yang tepat, standard untuk ke Semeru adalah 4 hari 3malam, biar bisa manage power & endurance dgn baik. Sebaiknya malam ke-1 habiskan di Ranu Kumbolo, untuk hemat power dan kurangin beban keesokan harinya
  2. Hari ke-2, berangkat dari Ranu Kumbolo sebelum pukul 10.00, bawa air minum secukupnya, 2,5 jam sampai di Kalimati, lalu ambil air di Sumbermani. Sebaikny tidak bermalam di Kalimati, tapi langsung di Arcopodo. Perjalanan hanya 1 jam dari Kalimati. Kita bisa save power & nyicil jalan untuk summit.
  3. Sesampai di Arcopodo, segera isi badan dengan makanan berat, karbo, kalori, protein, lalu segera cepat beristirahat. Set alarm Pukul 12.00, jangan lupa sebelum tidur minum vitamin neurotropik (ex: neurobion) untuk menghindari pegal sebangun dr tidur.
  4. Start summit dart 00.30 atau 01.00, NOTE:
  • Pakai treking pole, atau cari tongkat kayu, di Arcopodo banyak sisa summiter. Treking pole berguna untuk kepanjangn dari tangan kita, jadi medan berat antara Pos kelik (batas vegetasi) sampai Puncak bukan cuma kaki kita yg bekerja, tapi 1 badan.
  • Pakai pakaian+jaket yang efektif, jangan terlalu tebal, jangan terlalu tipis, pilih yg efektif. Jangan terlalu banyak lapisan juga. Pakaian dan jaket yang terlalu tebal, memang hangat, tapi membatasi ruang gerak kita selama perjalann berat menuju Puncak.
  • AIR. Air menjadi kebutuhan yang sangat vital utk keperluan summit attack. Cukup bawa 1 botol air mineral 600mL perorang. Apabila dalam rombongan besar, usahakan tiap orang bawa 1 botol 600mL. Jangan mengandalkan orang lain untuk bawa air kita. Minimalisir konsumsi air selama prjalanan ke Puncak, cukup seteguk, karena konsumsi air yang terlalu banyak bikin makin haus.
  • Tempo jalan. Atur tempo kalian sndiri, jangan terbawa tempo orang lain, mulai atur tempo dari start Arcopodo, keep your tempo.
  • Istirahat. Minimalisir intensitas duduk selama summit attack, cukup untuk tarik nafas saja, karena semakin sering dan lama duduk. Makin malas untuk berdiri dan melanjutkan perjalanan. Panas tubuh juga cepat hilang, dan nanti kembali harus cari panas tubuh lagi. Minimalisir rest.
  • Observasi jalur. Punggungan di kanan kiri lereng mahameru beberapa ada yang masih solid, berguna untuk curi waktu, tapi harus tetap waspada, karena di kanan-kiri lereng juga punya jurang agak dalam.
Yang ini tambahan dari pengalaman saya, (sebenernya lebih ditujukan untuk saya sendiri, sih .__.) biarpun gerah sebaiknya waktu jalan siang, terlebih waktu di anatara Ranu Kumbolo - Kalimati , pakailah sarung tangan. Soalnya panas terik matahari langsung yang gak kompak sama suhu pegunungan justru bikin kulit gampang gosong bahkan iritasi. Selain itu jaga-jaga juga bawa kacamata dan masker muka atau slayer. Kami sih beruntung sewaktu jalan angin tidak terlalu kencang. Tapi dari pengalaman pendaki lain ada juga mendapati selama pendakian mereka intensitas angin sangat kencang sampai membuat debu atau pasir bertebangan sehingga mengganggu penglihatan saat sedang jalan. Terlebih lagi ketika melewati jalur antara Arcopodo - Puncak.


ITUNG-ITUNGAN:
Logistik Makanan
Gas 3x 15.000 Rp45.000
Nuget C*amp  Rp    30.500
Nuget F*esta  Rp    38.000
Roti Tawar 5 x 10.000  Rp    50.000
Sosis Sapi F*no 6's  Rp      8.500
Sosis Sapi V*da 6's  Rp    10.500
Kornat Pr*nas  Rp    13.750
Air 14 x 2.500  Rp    35.000
Potongan Alf*mart  Rp    (5.500)
Rp180.750
Ind*mie Soto 28  Rp    39.000
Beras 2kg  Rp    15.400
Bawang Goreng 2  Rp      4.000
Telur 3 butir  Rp      3.000
Rp61.400
TOTAL LOG-KONSUMSI Rp287.150
Perijinan
Cek Kesehatan 7 x 5.500  Rp    38.500
Materai  Rp      7.000
SIMAKSI+Tiket+Kamera  Rp    58.000
TOTAL PERIJINAN Rp103.500
Tranportasi
KA Matarmaja Jakarta - Malang 7 x 51.000 Rp357.000
Carter Angkutan Stasiun - Tumpang Rp70.000
Truk Tumpang - Ranu Pane Rp300.000
Truk Ranu Pane - Rumpang 7x30.000 Rp210.000
Carter Angkutan Tumpang - Stasiun Rp70.000
TOTAL TRANSPORTASI* Rp1.007.000
TOTAL Rp1.397.650
Dibagi untuk 7 orang: Rp199.664  (a)
KA Matarmaja (perorang):
A. Malang - Jakarta Rp51.000
Rp51.000  (b)
Destinasi Jakarta (a) + (b): Rp250.664
B. Malang - Solo Rp41.000
Becak Rp8.000
Bis jurusan Jogja Rp7.500
Rp56.500  (c)
Destinasi Jogja (a) + (c): Rp256.164


Demikian catper kali ini. Semoga bermanfaat! Setidaknya untuk saya sendiri :)
Semoga berjumpa pada catper selanjutnya :)

23 comments :

  1. Tinooonn...aku mbok kapan ngunu dijak munggah to......wahh

    ReplyDelete
  2. ayook mbak sing cerak wae yo, gunung sahari :p

    ReplyDelete
  3. emoh sing cerak, aku geleme sing apik minimal koyo iki. Tenanan aku. #mekso

    ReplyDelete
  4. Waduh kok standar e langsung dhuwur ngono, mbak

    ReplyDelete
  5. aku pengen nganti ngeces iki :9
    ranu kumbolo neeeeeee, aaaaaaa, mupeeeeng

    ReplyDelete
  6. hahaaahaa, koe kok ngeces, aku lho nganti mbrambangi pas arep ninggalke Ranu Kumbolo -.-

    ReplyDelete
  7. "Kalau mereka masih punya mimpi, mereka pasti sampai"
    pas di tengah2 lereng dan hampir putus asa ada juga pendaki lain yang bilang "ini perjalanan hati,Kalau kalian masih punya mimpi, kalian pasti sampai" ahirnya bangkit dan naik 2 langkah terperosok 3 langkah pun terjadi dan alhamdulillah puncak mahameru bisa tergapai..

    ReplyDelete
  8. Tak tambahi noon,kisah pengalaman Summit Attackku selepas Arcopodo :

    Langsung ke TKP.
    Selepas Arcopodo, dengan sisa-sisa energi dan semangat yang masih membara.:-p. aku mengayunkan langkah setapak demi setapak dengan pasti. 1 jam pertama adalah saat yang sangat menyiksa. Langkah berat di tanjakan berpasir, malam gelap gulita, jurang yang tampak dalam dan menghitam di kanan-kiri tanjakan membuat adrenalin dan jantungku bergetar lebih kencang seperti genderang mau perang. Udara semakin dingin memaksaku “krubut” sarung persis seperti orang tengger. Nafas semakin ngos2an. mungkin tarikan nafasku saat itu adalah tarikan nafas tercepatku dalam sejarah pendakianku.;-p Buka botol air. Dingin, sedingin air es. Setiap 10 menit berjalan aku berhenti sejenak kira-kira 30 detik untuk menenangkan nafas, jantung, dan dengkul yang serasa mau lepas. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapan. Ku lihat teman setimku di depan, terlihat.
    1 jam kedua adalah saat yang sangat sangat menyiksa. Nafas semakin tidak karuan. Suhu semakin dingin. pakaian yang dikenakan pun tak sanggup menahan hawa dingin yang menusuk. Bahkan Jaket yang tak pernah mengecewakannku dalam pendakian-pendakian sebelumnya tak mampu berbicara banyak. Agar tak semakin kedinginan, ku paksakan tetap melangkah. Botol pun mulai dibuka. Air dingin di dalamnya cukup untuk membasahi lidah. Setiap 5 menit berjalan aku berhenti 30an detik untuk menenangkan nafas. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku lihat teman setimku di depan, gelap. Ku panggil teman setimku di depan, terdengar sahutan.
    1 jam ketiga adalah saat yang luar biasa menyiksa. Ngos2an uh ah uh ah, Udara semakin dingin. Medan semakin sulit. Energi semakin terkuras. Semangat semakin menurun. Keputusasaan mulai tampak. Rasa Sesal mendaki Mahameru mulai membuncah. Syahadat pun berkali-kali kuucapkan (jaga-jaga tergelincir dan terguling ke bawah.....hehehehehehe...). Langkah kaki berubah menjadi rangkakan. Pernah satu kali aku salah ambil rute, karena kesalahan itu nyawa hampir melayang sia-sia. Tanjakan yang seharusnya berpasir dan berbatu tiba-tiba mengeras. Tidak ada pijakan kaki, tak ada pula tumpuan tangan. 1 menit kira-kira aku berhenti di sana. Jantung berdegub kencang, bayang-bayang kematian berkelabat, syahadat kembali dilafalkan. Dengan putus asa ku edarkan pandangan ke sekeliling trek untuk mencari cerukan untuk sekedar berpegangan. Sia-sia, tidak ada satu pun. Di saat-saat terakhir. aku kerahkan semua energi yang tersisa untuk melompat ke atas dan mendaki (merangkak) cepat ke atas............berhasil...aku kembali ke trek pendakian!!! Dengan sangat bersyukur aku berhenti dan tersenyum. Ternyata aku masih hidup!!!! ( dan tidak merepotkan teman untuk membuat papan memoriam) hehe Beberapa saat aku berhenti di sana, memandang ke bawah, tempatku tadi berada. Lebih jauh lagi aku memandang, aku saksikan parade senter memanjang dari Arcopodo ke Mahameru. Subhanallah.....ini pemandangan yang luar biasa!!!! Ternyata telah setinggi ini aku mendaki..!!! Semangat pun kembali membuncah, mengalahkan kelelahan yang amat sangat. Botol pun dibuka kembali, ku bagikan pula ke teman perjalanan di dekatku. Seteguk air cukup untuk membasahi tenggorokan. Setiap 10 langkah merangkak aku berhenti 30an detik untuk menenangkan nafas. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku panggil teman setimku di depan, terdengar sahutan.

    ReplyDelete

  9. 1 jam keempat adalah saat yang ...entah apa namanya. Tarikan nafas semakin kacau, punggung pun mulai terasa sakit, tempelan 3 lembar koyo cabe di punggung tidak berpengaruh apa2. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Semangat yang tadinya membara telah pudar. Kini setiap 3 langkah ku berhenti. Setiap 5 menit ku duduk. wajah-wajah lelah dan putus asa terlihat di sana-sini. Ternyata bukan cuma aku . Ku panggil rekan setimku di depan, tidak ada yang menyahut. ternyata mereka telah jauh. duduk menatap kejauhan. gelap. Ku pandangi langit. Bintang bertebaran dengan indahnya. Ku pandangi jalur pendakian. Parade senter semakin panjang dan terputus. Berkata ku dalam hati: CUKUP SEKALI KE MAHAMERU!!!! Lama ku terduduk, dan melakukan pembodohan (ngremes ind*mie soto dulu) dan aku bagikan ke teman di dekatku, lanjuut ku paksa untuk melangkah (bukan merangkak). Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlari. PUNCAAAK tinggal dikit lagii, kira2 antara kosmu sampai kampus, Begitulah teriakan seorang teman dari atas meneriaki pendaki yang di dekatku. Semangat kembali membara, ku percepat langkah kaki. Dan............PUNCAKKKK....AKU SAMPAI DI MAHAMERU!!!! TANAH TERTINGGI DI PULAU JAWA!!!! Alhamdulillah. Beberapa pendaki menyalamiku bahagia, termauk bule prancis “Bravo Bravo” kata mereka.
    dan begitulah kira2, MAHAMERU antara harapan dan keputusasaan.. dan suatu saat ingin kembali lagi kesana, insya Alloh..


    ReplyDelete
  10. Panjangnyaaaaa... :O
    Kenapa gak nulis di blog sendiri aja, pak -.-"

    ReplyDelete
  11. blog sendiri lupa pasword ndaan :p

    ReplyDelete
  12. Yowes, iki meneh aq rapopo tinon, masya Allah apik banget.

    ReplyDelete
  13. jadi kangen naek ke semeru nih.. salam kenal dari bandung :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga :)
      Terimakasih sudah berkunjung... hhehe.. saya jg kangen.semeru
      . Gak kerasa sudah setaun berlalu... :)

      Delete
  14. keren nih, jadi inget taun november 2012 kesna. keren.. salam kenal

    ReplyDelete
  15. Keren ini!!
    Bagus juga buat referensi mereka yg mau mendaki Gunung Semeru..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho mas rijal ini? Ada yg minta nomer hapenya tuh mas, yg komen di bawah.. haha

      Delete
  16. boleh minta nomor mas rijal yang bisa di hubungi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf, saya udah gak punya nomernya, tapi sila hubungi di fb nya saja "Choirul Rizal Falashi"

      Delete
    2. Whooy, WA / 087859576661
      Silahkan..sekarang kita punya Base Camp khusus buat pendaki transit/menginap pendaki di Tumpang,namanya "Tumpang Camp Adventures - TCA",Jl.Sadewa (gang 5),gang depannya bank BCA Tumpang, masuk 10meteran,contact saya saja, ato langsung mampir saja di sana gpp..tempatnya nyaman, ada rumah bambu juga,toilet,kamar mandi,juga Wifi (walo masih nebeng) and its all free, gratis..cuma ada kotak sumbangan sukarela

      Delete
  17. mbak, kalo sewa porter biaya perhari brp ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, saya kurang tahu juga klo soal porter..

      Delete